Pada dasarnya keamanan digital terkait erat dengan etika. “Budaya merupakan fitrah dari manusia. Maka ketika perbuatan kita berseberangan dengan kemanusiaan, itu membawa dampak keburukan,”
kata Mathori Brilian, aktor dan budayawan digital Kali Opak, saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Saring sebelum Sharing di Media Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Senin (25/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Mathori mengatakan kebebasan yang dibawa era digital acapkali membuat orang tak hanya melupakan etika sebagai manusia dengan sifat-sifat kemanusiaannya.
Sebagai sebuah pengingat dan catatan, Mathori menyebut sejumlah fenomena yang dihasilkan ruang digital yang seolah bebas itu.
“Orang cenderung terus berproduksi sampai lupa menjaga ketenangan hati, orang makin rajin bekerja dalam dunia virtual sampai dengan lingkungan terdekat tak saling mengenal,” kata dia, seraya berkata era digital ini orang haus dan banyak menimba ilmu tapi tidak dibarengi memperbaiki akhlak sendiri.
“Makin banyak melihat tontonan tapi tak dapat menjadikannya sebagai pedoman dan tuntunan,” ujar Mathori. Fenomena lain, orang lebih senang terhadap dengan layar maya sehingga malas bersujud pada yang kuasa.
“Fenomena ini sebagai penanda hilangnya etika sehingga kita sendiri yang harus berani memulai perubahan untuk lebih baik dan bermanfaat,” tegas Mathori.
Dengan menguatkan prinsip etika digital maka individu akan memiliki kemampuan dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital atau netiquet dalam kehidupan sehari-harinya. “Etika yang menuntun manusia pada aturan seperti dalam kehidupan,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, pegiat seni tradisi Danu Anggada Bimantara menyebut ada sejumlah elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital. “Antara lain elemen kultural sebagai pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital,” kata dia. Selain itu juga elemen kognitif sebagai daya pikir dalam menilai konten.
“Elemen konstruktif dibutuhkan karena menyangkut rekacipta sesuatu yang ahli dan aktual, di samping elemen komunikatif untuk memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital,” kata dia.
Danu menambahkan elemen kepercayaan diri perlu dimiliki pengguna agar bisa bertanggung jawab serta kreatif melakukan hal baru dengan cara baru. “Tetaplah bersikap kritis dalam menyikapi konten bertanggung jawab secara sosial,” kata dia.
Danu memberi satu prinsip nilai bernama Panca Lumaksana. “Ini adalah pedoman untuk menjaga kesadaran, kenali potensi diri, karakter kritis berdasar riset dan eksplorasi serta improvisasi,” kata dia. Webinar itu juga menghadirkan narasumber lain seperti Direktur Buku Langgar Abdul Rohman, Direktur Lazismu Dani Eko Triono, dan dimoderatori Nabila Nadjib, serta Fahri Azmi selaku key opinion leader.