Oleh Eddy Herwanto
Perusahaan perkebunan kelapa sawit sedang memetik hasil penjualan produknya yang melimpah. Laba mereka sejak kuartal kedua, kemudian ketiga melonjak tinggi setelah harga ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya melambung akibat tingginya permintaan dari Cina dan India terutama yang mulai lolos dari jepitan Covid-19.
Sebut saja Astra Agro Lestari (AALI) yang pendapatannya naik 35% lebih dari Rp 13,32 triliun (September 2020) ke Rp 18,01 triliun (September 2021). Laba bersihnya pada periode yang sama naik 152% dari Rp 509 miliar ke Rp 1,47 triliun. Wajar dengan arus kas yang kuat, AALI bisa membagikan dividen interim Rp 196,3 miliar (Rp 102/saham) kepada pemegang saham dari uang kasnya yang tebal, akhir Oktober lalu.
Windfall yang diiperoleh dari melonjaknya pernintaan konsumen internasional itu juga dinikmati Sampoerna Agro (SGRO). Penjualannya naik 73% dari Rp 2,25 triliun (September 2020) ke Rp 3,9 triliun (September 2021). Labanya meroket 2.767% dari Rp 17,77 miliar (September 2020) ke Rp 509 miliar. Yang juga menonjol kinerjanya adalah Triputra Agro Persada: labanya melonjak 201% dari Rp 244 miliar (September 2020) ke Rp 736 miliar (September 2021).
Membaiknya kinerja perusahaan perkebunan kelapa sawit pada akhirnya ikut mendorong kenaikan harga sahamnya. Mereka yang berinvestasi pada saham perkebunan kelapa sawit bisa menikmati capital gain lumayan, jika pada kuartal pertama 2021 sebelumnya masuk Bursa saat harga CPO rendah, dan pada kuartal ke empat keluar saat harga CPO tinggi. Namun ada juga yang memilih bersabar menunggu dividen final 2021 dibagikan tahun depan.
Jika pemegang saham menikmati capital gain atau dividen, maka petani plasma mitra perkebunan kelapa sawit (inti) semoga juga bisa menikmati membaiknya harga jual Tandan Buah Sawit (TBS) ke pabrik (inti). Di Riau harga TBS dari petani ke pabrik tembus Rp 3.041,81/kg – setelah naik sedikitnya 4 kali tahun ini.
Sedang di Kalimantan Barat baru Rp 2.891/kg untuk TBS dari pohon berusia antara 10 – 20 tahun. Para petani plasma di Kalbar berharap harga TBS akan terus naik karena harga CPO sudah mencapai Rp 13.132/kg, dan Kernel Rp 6.885/kg. Jika boleh dibandingkan petani sawit di Riau lebih beruntung karena memperoleh harga bagus dari Pabrik Kelapa Sawit.
Jika petani plasma mendapat harga TBS bagus, daya beli mereka otomatis akan menguat. Konsumsi para petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya diharapkan bisa memutar aktivitas ekonomi daerah lebih kencang. Apalagi untuk pertama kali dalam sejarah harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange tercatat RM (Ringgit Malaysia). 5.071/ton untuk pengiriman Januari 2022.
Di tengah perbaikan harga CPO, permintaan CPO dari India diperkirakan tetap akan makin kencang, setelah Bea Masuk produk turunan CPO seperti Olein diturunkan dari 10% jadi 2,5% mulai 11 September 2021. Tidak lama kemudian, pada 13 Oktober India menurunkan lagi Bea Masuk CPO, Crude Soy Oil, dan Crude Sunflower jadi 0%. (Reuters.Com 13 Oktober 2021).
Penurunan Bea Masuk India itu tentu saja membuat ekspor CPO dan produk turunannya ke sana bakal melambung. Saat Bea Masuk masih 10%, ekspor CPO ke India pada Agustus sudah 958.500.000 ton, naik dari Juli yang 231.200 ton. Ekspor ke Cina juga naik dari 522.200 ton ke 819.200 ton pada periode yang sama. Juga pengapalan Ke Kenya, Mesir, dan Malaysia (Bisnis.Com.13 Oktober 2021).
Berita bagus itu, mendorong pemerintah beberapa kali harus menyesuaikan harga referensi Bea Keluar CPO. Untuk Oktober Bea Keluar ditetapkan US$ 1.196,6/metrik ton, naik dari US$ 1.185,05 (Agustus 2021). Dari kenaikan Bea Keluar itu, pemerintah menerima pemasukan Rp 18,84 triliun atau 1.056% dari target APBN 2021.
Toh para eksportir CPO, Kernel, dan produk turunan CPO diharapkan tetap waspada mengingat kebutuhan CPO dari sejumlah negara mulai terpenuhi, sehingga menyebabkan harga CPO diperkirakan akan mulai melandai pada angka RM (Ringgit Malaysia) 4.900/ton akhir tahun ini. Sementara itu produksi CPO diramalkan bakal turun 1,5 juta ton.
Sampai akhir kuartal keempat, pasar ekspor diduga hanya akan menyerap 35 juta ton CPO sedikit lebih tinggi dari realisasi 2020 yang 34 juta ton. Jika suplai ke pasar internasional menurun, mestinya harga CPO akan naik. Jadi kita tunggu, apakah harga CPO ekspor akan naik lagi seperti diperkirakan. Jika benar, petani plasma bisa lebih banyak lagi berbelanja.