Di era digital, sektor perbankan juga mulai merambah ke pelayanan digital. Bahkan kini, pihak perbankan juga berafiliasi dengan marketplace sehingga kebutuhan niaga semakin mudah. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan tema ”Digitalisasi Perbankan untuk Kesejahteraan UMKM”, Jumat (12/11/2021).
Diskusi dipandu oleh Rara Tanjung (entertainer) dan diisi oleh empat narasumber: Bambang Hariyanto B (Ketua Komisi C DPRD Jateng), Jeffry Yohannes Fransisco (CEO JF Autowear), Sofyan Wijaya (founder Atsoft Technology), Sugeng Prijono (Direktur Utama BPR/BKK Purwokerto). Serta Adew Wahyu (jurnalis) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari sisi empat pilar digital, yaitu: digital culture, digital ethic, digital skill, dan digital safety.
Founder Atsoft Technology Sofyan Wijaya menyampaikan, digitalisasi perbankan memberikan akses yang lebih mudah bagi nasabahnya untuk berbagai keperluan. Bahkan fenomena kini, orang tidak merasa khawatir ketika dompet tertinggal karena digitalisasi perbankan dapat diakses melalui handphone. Tarik tunai tidak lagi harus menggunakan kartu atm, membayar tagihan tidak lagi harus datang ke tempat layanan.
Akan tetapi kemudahan tersebut perlu dibarengi dengan pemahaman terkait keamanan transaksi elektronik dan perbankan. Serangan yang terjadi di ruang digital itu paling banyak terjadi dalam hal keuangan. Modus serangan penipuan dan penyalahgunaan digital banking pun banyak. Ada kasus sim swap untuk mengambil alih nomor HP yang digunakan untuk akun perbankan, serta kasus kejahatan lainnya seperti keylogger, phising, sniffing.
“Kasus-kasus itu terjadi erat kaitannya dengan keamanan data. Antisipasinya sebagai pengguna media digital adalah melakukan upaya-upaya pengamanan. Keamanan digital itu dimulai dari pengamanan perangkat. Proteksi perangkat dengan kata sandi, fingerprint authentication, memasang antivirus, enkripsi full disk, dan back up data,” ujar Sofyan Wijaya.
Keamanan digital paling sering berkaitan dengan penyalahgunaan data dan identitas. Antisipasi serangan dari kebocoran data, pengguna harus memahami data dan identitas yang aman dibagikan ke publik, dan tahu data atau identitas yang sebaiknya dijaga kerahasiaannya.
“Gunakan identitas dan data dengan tanggung jawab penuh, amankan identitas utama e-mail yang digunakan untuk mendaftar ke suatu platform. Lindungi dengan membuat password yang kuat, serta tidak mudah membagikan data pribadi kepada orang lain,” imbuhnya.
Dalam aktivitas digital banking, hindari menggunakan wifi gratis pun ketika menginput data pribadi untuk kepentingan lain. Menghindari link kartu perbankan dengan aplikasi, rutin cek saldo, aktifkan notofikasi agar tahu jika ada aktivitas mencurigakan.
Sementara itu Sugeng Prijono menyampaikan, digitalisasi perbankan dilakukan untuk peningkatan pelayanan dan untuk menghadapi persaingan di era digital. Digitalisasi memberikan peluang lebih besar bagi masyarakat.
“Upaya digitalisasi yang dilakukan di antaranya adalah e-form yang memudahkan nasabah untuk melakukan proses pinjaman. E-retribusi sedang dikejar dengan bekerjasama terhadap pasar agar biaya pasar dapat dilakukan sesuai sistem. Yang diharapkan dari digitalisasi perbankan adalah mendekatkan pelayanan perbankan dengan UMKM sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,,” ujar Sugeng Prijono.
Sementara itu, key opinion leader Adew Wahyu mengakui, layanan digital perbankan semakin memudahkan kegiatan niaga, serta lebih efisien. Melakukan kegiatan jual beli bisa lewat gawai, sementara dalam waktu yang sama tetap bisa melakukan kegiatan lainnya.
“Dengan digitalisasi kegiatan UMKM menjadi lebih luas jangkauannya, kolaborasi dengan perbankan juga mempermudah pelanggan dalam bertransaksi. Dan yang penting, keamanan dan perhitungan transaksi menjadi lebih jelas karena ada catatannya,” ujar Adew Wahyu, yang juga seorang pebisnis.