Sebanyak lebih dari 1.000 peserta mengikuti webinar literasi digital bertema “Bijak Dalam Bermedia Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Yogyakarta, Selasa (30/11/2021).
Pegiat seni tradisi Madha Soentoro dalam paparannya mengatakan, teknologi berkembang terus-menerus dan manusia dituntut bisa cepat beradaptasi dengan perubahan.
“Dalam proses adaptasi itu kita harus sadar, teknologi hanyalah alat dan manusia adalah Tuhannya. Maka, kendalikan teknologi sesuai kebutuhan kita, jangan sampai kita yang dikendalikan olehnya,” ujarnya.
Untuk itu, Madha pun mengajak para peserta webinar untuk pahami cara kerja dunia digital. Karena, menurutnya, ruang digital memiliki cara kerja yang berbasis kecerdasan buatan atau artificial inteligence.
“Sebagai pengguna kita harus bisa memahami cara kerja ruang digital agar tidak terjebak dan tersesat di dalamnya, terutama untuk menghindari jebakan-jebakan berita hoaks atau kabar bohong,” ungkap Madha.
Untuk menghindari hoaks, kata Madha, pengguna perlu benar memahami sumber informasi atau konten yang diterima.
“Cek fakta dari sumber itu untuk memastikan kebenarannya. Perhatikan apakah ada prasangka buruk, diskriminasi, penghinaan di dalamnya. Lantas kira-kira siapa yang diuntungkan dirugikan akan konten tersebut, apakah konten tersebut bermanfaat?” sebut Madha Soentoro.
Narasumber lain dalam webinar itu, creative entepreneur Ibnu Novel Hafidz menyebut dunia digital sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia. Transformasi digital menjadi pintu masuk terjadinya perubahan dan manusia adalah agen perubahan dalam budaya digital. “Digitalisasi menjadi hal yang mutlak dilakukan termasuk di bidang pelayanan publik,” katanya.
Menurut Ibnu, lanskap relasi manusia memiliki perubahan dan cara manusia akan teknologi, yang kemudian pada akhirnya mempengaruhi sikap serta perilaku hingga budaya manusia itu sendiri.
“Di era disrupsi ini jadi tanda era terjadinya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh adanya inovasi yang mengubah sistem dan tatanan ke taraf yang lebih baru, perlu kenali karakter budayanya,” tambahnya.
Masih menurut Ibnu, karakter budaya media sosial itu intinya penghuni punya perasaan semua, tidak ada ruang privat, penghuni ada yang jahat dan ada yang baik, setiap orang bisa menjadi orang lain dan ada hukum karma dari jejak digital.
“Karakter media digital mendorong orang jadi bertindak spontan, sehingga rawan salah paham. Sebaiknya jangan umbar permasalahan cintamu, rencana besarmu, pendapatanmu, semua pencapaianmu bahkan kebaikanmu,” pinta Ibnu.
Webinar yang dimoderatori Mafin Rizki itu juga menghadirkan narasumber Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Muhammad Mustafid, dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah Swarnawati, serta Dewa Krisna sebagai key opinion leader.