Oleh Suryo Winarno
Pandemi Covid-19 merusak tatanan ekonomi global sehingga menimbulkan pengangguran dunia. Akibatnya, beban negara meningkat pesat mengingat utang pemerintah naik guna membiayai resesi ekonomi disebabkan kegiatan ekonomi masyarakat berjalan lambat.
Pada tahun pertama pandemi, terjadi resesi ekonomi maka prioritas semua negara membuat kebijakan kepentingan kesehatan demi menjaga keselamatan masyarakat dan menekan kematian.
Hal ini berdampak pada pembatasan mobilitas manusia yang melahirkan pertumbuhan ekonomi negatif hingga penutupan usaha.
Tahun kedua pandemi, upaya vaksinasi dilakukan secara serentak di seluruh dunia karena keterbatasan dana menimbulkan kekebalan partial. Karena vaksinasi meningkat cenderung di negara kaya, namun di negara miskin vaksinasi berjalan lambat dihasilkan pertumbuhan infeksi masif.
Implikasinya, negara maju pasca vaksinasi melonggarkan pembatasan mobilitas manusia dan ekonomi tumbuh cepat karena industri beroperasi, termasuk olah raga dunia (sepak bola) di negara maju. Sedangkan di negara berkembang, aktivitas ekonomi lambat meski tidak semua negara.
EKONOMI BARU
Ditengah pandemi meningkat, teknologi informasi dan industri hijau menyelamatkan ekonomi Indonesia. Karena teknologi informasi mengatasi kendala pembatasan mobilitas manusia, sementara industri hijau menjaga kesehatan sekaligus menekan kematian di masyarakat. Akibatnya, kedua sektor ekonomi menghasilkan pertumbuhan ditengah industri umumnya mengalami keterpurukan.
Kini kita memasuki tahun baru (2022). Semoga pandemi membawa hawa baru, bahkan bisa kembali lebih maju seperti sebelum pandemi meski realita virus corona terjadi menular. Kita berharap omicron tidak menimbulkan kematian. Itulah harapan manusia menghadapi pandemi covid selama hampir dua tahun.
Ekonomi baru terdiri atas ekonomi digital dan ekonomi hijau. Kedua sistem ekonomi ini menjadi perhatian besar dan memasuki arus dinamika ekonomi global dan lokal karena memberi harapan kesehatan manusia lebih baik.
Ekonomi digital adalah sistem ekonomi memanfaatkan teknologi komputasi digital, internet, cloud computing, internet of thing, artificial intelgent, big data dalam aktivitas ekonomi meliputi perdagangan daring (e-commerce), pembayaran non-tunai (e-payment).
Sementara ekonomi hijau merupakan kegiatan ekonomi bertujuan mengurangi emisi karbon yang merusak lingkungan hidup hingga menimbulkan perubahan iklim (iklim ekstrim). Dalam kaitan ini ekonomi baru seperti energi bersih dan perdagangan karbon.
Masuknya ekonomi digital dan ekonomi hijau ke arus utama ekonomi dunia mendukung pencapaian emisi karbon nol, dengan ekonomi tetap tumbuh dan membuat sejahtera masyarakat global dan lokal. Semoga harapan ini menjadi kenyataan. Lantas bagaimana kinerja ekonomi baru ?
KINERJA EKONOMI BARU
Kinerja ekonomi digital diwakili e-commerce tahun 2018 sebesar Rp 106 triliun, tahun 2019 naik menjadi Rp 206 triliun, tahun 2020 meningkat jadi Rp 266 tiliun, tahun 2021 diprediksi Rp 403 triliun. Tahun pertama pandemi menimpa 200 negara, nilai transaksi paling tinggi di Indonesia adalah komestik dan fashion sebesar 9,81 juta dollar Amerika Serikat.
Elektronik menduduki posisi kedua sebesar 6,91 juta dolar Amerika Serikat, travel (mobilitas) menempati posisi tiga dengan nilai 6,02 juta dolar Amerika Serikat, makanan dan kebutuhan harian di posisi empat sebesar 4,66 juta dolar Amerika Serikat.
Perabotan rumah tangga menempati ranking lima dengan nilai 4,48 juta dolar Amerika Serikat, penyaluran hobi dan mainan menduduki posisi enam dengan nilai transaksi 4,44 juta dolar Amerika Serikat, video game di posisi tujuh dengan nilai transaksi 1,68 juta dolar Amerika Serikat, dan musik digital pada posisi delapan dengan nilai transaksi 0,19 juta dolar Amerika Serikat.
Kinerja ekonomi hijau tahun kedua pandemi (2021) dihasilkan efisiensi energi 392,7 juta GJ, penurunan emisi 92,88 juta ton C02, 3R LB-3 menurunkan limbah B-3 sebesar 21,54 juta ton, 3R sampah mengurangi sampah 6,59 juta ton, efisiensi pemakaian air 215,09 juta m3, dan beban cemaran air berkurang sebanyak 28,62 juta ton.
Tahun 2020 efisiensi energi 430,24 juta GJ, turunkan emisi 131,24 juta ton C02, 3R limbah berbahaya dan beracun berkurang 16,40 juta ton, 3R sampah mengurangi 5.03 juta ton, efisiensi pemakaian air 339.53 juta m3, beban cemaran air turun 46.16 juta ton.
Berdasarkan data, penurunan efisiensi energi dan emisi karbon rendah ketika pandemi corona karena kegiatan operasi industri berkurang. Sementara jumlah limbah berbahaya dan beracun naik berasal dari limbah rumah sakit dan fasilitas karantina meningkat sehingga linear sebab akibat sebuah kejadian pandemi.
Sementara ekonomi digital meningkat pesat tanpa hambatan disebabkan peralihatan sistem ekonomi didukung penduduk bertambah banyak dan demografi penduduk muda yang produktif dan aktif. Itulah fakta kinerja ekonomi baru di Indonesia selama hampir dua tahun.
Suryo Winarno, Praktisi Lingkungan dan Kesehatan Kerja di Industri Makanan.