Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
Baru saja hybrid office mulai menjadi suatu gaya hidup baru, kita mulai dilanda kekhawatiran lagi dengan varian-varian baru virus yang sepertinya semakin lama semakin canggih. Kita butuh gaya manajemen yang kekinian pula. Pola kerja kita sendiri tanpa disadari sudah terinterupsi. Banyak karyawan yang menolak ke kantor karena alasan jam perjalanan yang sudah tidak masuk akal, risiko penularan di ruang tertutup, atau sekadar sudah merasa nyaman dan produktif bekerja dari rumah.
Padahal, kita semua tahu bahwa sebagai manusia produktif, kita memang memiliki keharusan untuk dapat beradaptasi dengan situasi hybrid ini untuk bekerja fleksibel, baik di kantor maupun di rumah sesuai dengan kebutuhan.
Bisa kita bayangkan betapa repot dan dilematiknya tugas pemimpin yang semakin dipersulit dengan keadaan VUCA dalam bisnisnya. Pemimpin perlu waspada terhadap apa yang dikatakan dan dilakukannya.
Di saat seperti ini, banyak yang menjadi sensitif, khawatir, tetapi tuntutan kerja justru malah semakin bertambah. Oleh karena itu, pemimpin tetap harus decisive, tetapi sekaligus kolaboratif, strategis tetapi tidak boleh melupakan jeritan grassroot.
Ia perlu action oriented tetapi tetap cerdik menghitung risiko. Ia harus atentif, tetapi tidak boleh terlalu micromanage. Tugas pemimpin seolah-olah berdiri di tengah papan jungkat jungkit yang tidak pernah bisa balance, apalagi dengan beragam tuntutan stakeholders dari berbagai arah. Ia perlu sadar bahwa pemimpin harus autentik tanpa banyak drama.
Bila kita datang ke toko buku, beragam buku mengenai gaya kepempimpinan dari berbagai tokoh manajemen ada di sana. Gaya kepemimpinan efektif ini memang suatu isu yang tidak ada habisnya. Namun, dari waktu ke waktu, para periset tetap tidak menemukan gaya manajemen yang paling efektif dan cocok untuk setiap situasi.
Setiap pemimpin pasti setuju bahwa perlu menggunakan gaya berbeda dalam situasi yang berbeda. Sebenarnya dengan situasi yang tidak menentu ini, bagaimana sebagai pemimpin kita harus bertindak?
Self-knowledge Is Power
Banyak sekali pemimpin yang tindakannya membuat kita bertanya-tanya, apakah ia menyadari dampak buruk tindakannya ini pada bawahan atau bahkan masyarakat sekitar?
Self-awareness is key. Self-awareness adalah pengetahuan tentang diri sendiri, kekuatan dan kekurangan diri sehingga kita bisa secara aktif membenahi diri sendiri. Gaya kepemimpinan datang dari siapa kita. Bagaimana kita menghadapi satu situasi, apa yang kita lakukan adalah cerminan dari jati diri kita.