Rabu, November 27, 2024

Gaya manajemen pada masa pandemi

Must read

Jadi, seorang pemimpin, tidak peduli berapa usianya, perlu banyak berefleksi diri tentang siapa dia, apa kebiasaannya, dan apa dampak yang ia berikan pada sekitarnya.  

Kita juga perlu menyadari asumsi-asumsi dan bias-bias kita dan apa yang menjadi blind spot kita. Karena dengan tidak obyektifnya kita, kita sulit membina rasa saling percaya.

Semua orang bisa memiliki pendapat subyektif, tetapi dengan kesadaran tinggi, kita bisa mengarahkan pikiran ke arah yang lebih obyektif dan menghindari pendekatan like and dislike yang memang sangat manusiawi sehingga dapat mengembangkan rasa empati dan memberikan feedback yang lebih tulus.

Kontrol diri yang kuat

Pemimpin dengan selfawareness yang kuat biasanya sadar bahwa ia tidak mengetahui semua jawaban. Oleh karena itu, kekuatan kemampuan mendengar dan brainstorming menjadi sangat penting pada zaman perubahan yang serba cepat ini. Sadari kebiasaan kita yang mungkin ingin dengan cepat memberikan pendapat, jawaban, ataupun masukan kepada anak buah kita.

Upaya penyadaran dan kontrol diri ini pasti menimbulkan ketegangan pada diri kita, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu pandai-pandai mengurai stresnya dan mencari cara coping yang tepat, misalnya mengatur waktu istirahat, menjalankan work life balance dengan cerdik dan belajar cara mengekspresikan isi hatinya dengan tepat.

Dengan kekuatan self-awareness dan kontrol diri ini, kita bisa bergerak lebih lincah dan berespons tepat pada situasi yang berubah-ubah.

Bagaimana manajemen tim dari jauh?

Dilema bekerja dari jauh, tidak bertatap muka, tetapi tetap menuntut kinerja optimal memang tetap ada dalam situasi pandemi ini. Apakah kita harus frustrasi dengan keadaan ini.

Kita sebenarnya bisa mencari jalan tengah dari situasi ini dan menguasai keadaan. Tentunya upayanya tidak sama dengan situasi tatap muka. Namun, di sinilah seni menerapkan manajemen atau kepemimpinan kita.

Pertama, agendakan waktu untuk membina hubungan. Banyak di antara kita yang segera memutuskan percakapan setelah “Zoom” usai. Padahal, dalam komunikasi informal seperti ini pemimpin dapat memperdalam self-awareness, meningkatkan engagement, dan trust dengan anak buah.

Kedua, menetapkan sasaran dengan lebih jelas, transparan dan detail. Mengingat dalam hubungan jarak jauh ini kita memang mengalami kendala dalam memantau anak buah kita, sasaran kerja menjadi salah satu indikator yang penting untuk diterapkan. Pecahkan sasaran-sasaran yang terlalu tinggi ke dalam sasaran-sasaran kecil sehingga dapat dipantau lebih intensif.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article