Kolaborasi Phapros-UGM untuk Hilirisasi Riset Hasilkan Inovasi Pencegahan Kanker Nasofaring
Perkembangan industri farmasi nasional saat ini cukup pesat khususnya dalam lima tahun terakhir. Sebagai sektor yang dikategorikan sebagai industri formulasi, Indonesia perlu mengembangkan farmasi dengan berbasiskan tiga pilar utama, yaitu bahan baku, bio teknologi dan herbal. Ketiganya dapat dikembangkan sehingga bisa menjadi industri yang potensinya besar di masa depan sehingga membutuhkan riset yang mendalam.
Menurut pakar hilirisasi riset Universitas Gadjah Mada Iswanto, industri farmasi di tingkat dunia saat ini tidak ada yang bisa mandiri melakukan penelitian tanpa berkolaborasi. Pelaku industri umumnya bekerjasama dengan pusat-pusat riset untuk memformulasikan produk agar bisa fokus pada bisnis intinya masing-masing.
“Di UGM sendiri kami melakukan hilirisasi riset-riset hasil penelitian agar bisa diangkat untuk masuk ke pasar komersial. Riset yang kami fokuskan adalah alat kesehatan, herbal dan pangan sehat. Kita juga menjembatani antara industri dengan peneliti, utamanya dari sisi prinsip pemasaran. Karena membuat produk yang bagus itu gampang, namun membuat produk bagus yang bisa dijual dan kompetitif itu tidaklah mudah,” tuturnya di Jakarta (22/6).
Saat ini dukungan pemerintah terhadap dunia riset, khususnya untuk farmasi cukup baik dengan memberikan dana kepada universitas untuk melakukan penelitian-penelitian tertentu (kedaireka).
“(Termasuk juga) tax holiday atau menghilangkan sama sekali pajak untuk kegiatan riset, Ini termasuk peran pemerintah untuk kegiatan riset.
Menurut Direktur Utama Swayasa Prakarsa tersebut, yang merupakan inkubator untuk hilirisasi hasil riset karya anak bangsa, Phapros dan Universitas Gadjah Mada telah berkolaborasi dalam hilirisasi riset untuk produk pencegahan kanker nasofaring dengan meluncurkan NPC Strip, yaitu alat deteksi dini NPC yang mudah, cepat, akurat, dan berbiaya murah.
“Selain itu, Phapros dan UGM juga bersinergi dalam hilirisasi riset untuk produk INA Shunt sebagai solusi bagi penderita hidrosefalus yang banyak menyerang bayi dan balita. Phapros memiliki kompetensi di bidang alat-alat kesehatan, dan saya pikir juga bisa mulai di segmen produk-produk herbal,” ungkapnya.
Menurutnya, industri farmasi di Indonesia sangat tersegmentasi dalam arti tidak ada pemain besar yang bisa menguasai seluruh pasar dengan produk-produknya. Rata-rata hanya mengambil ceruk-ceruk tertentu sesuai dengan kompetensi intinya, dan hal ini bisa dikembangkan lebih lanjut agar penguasaan pasar menjadi lebih baik.
Sekilas PT Phapros, Tbk
PT Phapros Tbk adalah perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia yang didirikan sejak 21 Juni 1954. Dengan komposisi saham sebesar 56.77% dimiliki oleh PT Kimia Farma Tbk sedangkan sisanya dimiliki oleh publik.