Lewat arahan 3 maestro; Wak Maryam, Wak Zuhdi dan Wak Alpian serta seniman Uswan Hasan, peserta BBM dalami, kreasikan dan tampilkan 2 versi Senandung Jolo; original dan kreasi baru
Sebanyak 30 pegiat muda seni budaya peserta Program Belajar Bersama Maestro (BBM) 2022 di Muaro Jambi mementaskan dengan apik 2 komposisi masing-masing bertajuk “Senandung Aek Batang Hari” dan “Basuko Muda” di Diklat Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Muaro Jambi di depan Maestro Senandung Jolo; Wak Maryam, Wak Zuhdi dan Wak Alpian.
Dua persembahan yang ditampilkan oleh 2 kelompok menghadirkan versi tradisional dan versi pengembangan Senandung Jolo ini secara resmi menandai berakhirnya ajang Belajar Bersama Maestri di Muaro Jambi.
Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (Direktorat PTLK), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sejak tanggal 20 hingga 26 Juli 2022 menyelenggarakan kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) 2022 di Kabupaten Muaro Jambi dengan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Senandung Jolo dan dengan tiga orang maestro, yaitu Wak Maryam, Wak Zuhdi dan Wak Alpian.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Judi Wahjudin menyampaikan, “Kegiatan BBM Muaro Jambi merupakan pendukungan terhadap kegiatan Kenduri Svarnabhumi, yaitu kegiatan yang berupaya untuk memajukan kebudayaan dan menjaga lingkungan Sungai Batanghari, sehingga nantinya dapat mengembalikan dan mewariskan kekayaan alam yang ada di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.”
Lebih jauh Judi Wahjudin menjelaskan bahwa selama tujuh hari pelaksanaan, para peserta BBM digembleng dengan berbagai materi mengenai Senandung Jolo. Para peserta diajarkan mulai dari membuat alat musik gambang, yaitu alat musik untuk mengiringi Senandung Jolo hingga diajarkan pengembangan dari kesenian tersebut.
Tahap awal pembelajaran di ajang BBM ini, peserta diajarkan membuat alat musik gambang, kemudian memainkannya. Selain itu, peserta juga diajarkan bejolo atau yang dalam Bahasa Indonesia kita sebut sebagai pantun dengan versi orisinal, yaitu bejolo yang sudah ada dan diturunkan secara turun temurun.
Pada tahap pembelajaran berikutnya, para peserta belajar mengenai pengembangan seni Senandung Jolo dari Uswan Hasan, seorang peneliti Senandung Jolo serta dosen Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) dari Universitas Jambi. Para peserta diajarkan bagaimana mengembangkan Senandung Jolo, salah satunya adalah dengan menggabungkan alat-alat musik selain gambang, yaitu dengan alat-alat musik modern, seperti gitar, biola, dan lain-lain. Selain itu, para peserta belajar membuat karya musik kreasi baru.
Kedua tahap pembelajaran tersebut ditampilkan oleh peserta pada penutupan pelaksanaan kegiatan BBM. Para peserta dibagi dalam dua kelompok beranggotakan masing-masing 15 peserta, menampilkan Senandung Jolo versi orisinal dan versi pengembangan, yaitu karya musik kreasi baru.