Sabtu, November 23, 2024

Seniman peserta Temu Seni pentaskan karya di Benteng Rotterdam, Makassar

Must read

“Saat pentas, seniman bertemu dengan ‘medan-medan” baru yang sebelumnya tidak diperhitungkan. Saya melihat pertunjukan yang dipentaskan hari ini oleh seniman tidak sepenuhnya dipentaskan oleh mereka sendiri, alih-alih keseluruhan elemen dan unsur yang ada di Benteng Rotterdam ini ikut memberi jejak ke pertunjukan itu. Saya melihat dengan kondisi seperti ini adalah sebuah proses organik dimana masyarakat yang menyaksikan bisa “tersedot” ke dalam pementasan yang ada.”

Fasilitator Temu Seni, Marintan Sirait menjelaskan bahwa pada intinya pementasan seni performans hari ini dihadirkan oleh tubuh, serta perpanjangan dari tubuh dan media. Di dalam performans ini ada jejak-jejak yang hadir misalnya dalam bentuk grafis angka dan teks seperti ada tulisan berbunyi “Berteriak” atau “Berlari” ini yang dimaksud sebagai perpanjangan tubuh. Tubuh personal atau seniman bisa tidak hadir namun ada aksi yang dilakukan oleh partisipans dalam hal ini audiens yang merupakan bagian dari pementasan itu sendiri.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni dengan tema Seni Performans yang berlangsung di kota Makassar, Maros dan Pangkep, Sulawesi selatan pada tanggal 1-8 Agustus 2022.

20 seniman muda yang berasal dari berbagai tempat di Indonesia hadir di Makassar untuk turut serta dalam Temu Seni Performans, sebuah ajang silaturahmi, apresiasi, kolaborasi dan jejaring seni performans sekaligus memperkenalkan dan menambah gaung Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia.

Kegiatan Temu Seni ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022 yang dihelat menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) dimana akan dilaksanakan di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, September mendatang.

Program ini diadakan sebagai sarana penguatan ekosistem seniman-seniman muda, untuk memelihara keberlangsungan hidup kesenian nusantara sebagai peninggalan budaya Indonesia.

18 pementasan seni performans antara lain dipersembahkan di sesi siang hari oleh seniman muda Theo Nugraha dengan komposisinya berjudul Hiruk Pikuk berdurasi 8 jam. Kemudian ada pementasan dari Laila Putri Wartawati dengan pementasan bertajuk Berkelindan; Fajar Susanto (Fj Kunting) dengan 1 Anak 2 Pohon (Ringin Gendong) berdurasi 4 jam; Prashasti dan Kifu dengan The Way of Eating berdurasi 30 menit; Rizal Sofyan dengan karya berjudul Kurir Doa; Ridwan Rau Rau dengan karya berjudul Terauterial. Lalu ada 2 penampilan tanpa judul dari seniman Arsita Iswardhani dan Sasqia Ardelianca. 

Karyanya yang dipentaskan diilhami oleh situs-situs sejarah terutama yang ditemui di Maros, Pangkep dan Makassar.

Di sesi penampilan sore hari ada seniman muda Ratu Rizkitasari Saraswati dan Ragil, Abdi Karya dengan pementasan berjudul Father and Son, Linda Tagie dengan karya Raung dan Ruang, Rachmat Hidayat Mustamin dengan karya H//H. Di sesi pementasan malam hari menghadirkan seniman Dimas Eka Prasinggih dengan karya Recounting a Thousand yang berdurasi 3 jam, Dimas Dapeng Mahendra dengan karya bertajuk Piknik Game yang mengajak audien untuk ikut serta dalam pementasannya.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article