Kamis, November 14, 2024

Sukses bisa jadi kutukan?

Must read

Pada 2009 perusahaan mulai meraih laba dan Juni 2014, saat Alan Mulally pensiun sebagai CEO dan President, tingkat engagement karyawan 92%, perilaku tidak sehat antar silo sudah berubah dengan semangat One Ford, dan Ford jadi merk terunggul di AS.

Alan Mulally, bersama tim, berhasil memimpin transformasi Ford tanpa ada pengurangan karyawan. Itu dilakukannya juga tanpa mengandalkan dana bail out pemerintah AS, sementara perusahaan otomotif lainnya memanfaatkannya. Ford juga sukses melampaui krisis keuangan 2008 dan kondisi ekonomi global yang kemudian memburuk waktu itu.

Menurut Alan Mulally, cutting cost dan streamlining process tidak bisa dijadikan satu-satunya andalan untuk mengembangkan usaha. Katanya, fokuslah pada harkat manusia. Bukan karena kita butuh tenaga mereka, tapi antusiasme dan komitmen mereka penting. Ia menegaskan, “They’re talented, they’ve signed up to build a cathedral, so it’s important that they’re appreciated and treated with respect.”

Alan Mulally mengutamakan kerja bersama, saling menolong dan menghormati di antara tim, melibatkan stakeholder – investor, karyawan, para pemasok, pelanggan – dalam proses bisnis. Human skills dia utamakan ketimbang technical skills – sebelum Alan masuk, manajemen lama membiarkan orang-orang yang technical skills tinggi bertindak sembrono.

Kesediaan bersikap rendah hati, berani mengakui kekurangan di depan tim, serta konsisten membuktikan kepemimpinan yang menghormati stakeholder dan sukses bersama, juga dicontohkan Hubert Joly, CEO Best Buy Inc. 2012 – 2019 dan Chairman sampai Juni 2020.

Semester kedua 2012 Best Buy makin terpuruk, pelbagai pendapat dan tulisan memprediksi perusahaan retail ini bakal kolaps bersaing dengan eceran online yang ongkos-ongkosnya lebih rendah.

Saat awal September 2012 Hubert Joly bergabung untuk posisi CEO, harga saham Best Buy US$ 18. Tujuh tahun di bawah kepemimpinannya, harga saham menjadi US$ 65 atau naik 263%.

Hubert Joly mengajak tim untuk bersaing lawan toko online tidak di harga, tapi dengan memberikan advice, convenience, dan service lebih baik. Untuk itu, tim di setiap toko mesti knowledgeable dan selalu bersemangat secara tulus.

Hubert Joly berhasil mengetuk dan menghidupkan hati karyawan sampai level bawah, tanpa ragu memperlihatkan kekurangan dirinya sebagai manusia dan minta tolong dibantu tim untuk hal-hal yang tidak dia kuasai. Ia juga memberikan contoh, perjalanan dinas dalam negeri naik pesawat di kelas ekonomi – berbeda dengan para eksekutif sebelumnya yang maunya first class.   

Seiring dengan penataan ulang di semua toko, efisiensi dilakukan di segala lini, tapi tidak di biaya SDM. “Instead of slashing head count, we attacked nonsalary costs with intensity,” kata Hubert Joly. Bukunya yang sudah beredar: The Heart of Business: Leadership Principles for the Next Capitalism.

Dari semua cerita di atas kita dapat insight, selain mengandalkan strategi baru dan pendekatan inovatif lainnya, untuk menyelamatkan organisasi faktor manusia tetap utama. Dalam situasi sulit dan organisasi oleng menghadapi perubahan (sosial, ekonomi, dan lainnya), para pemimpin justru diuji: Apakah masih punya hati nurani atau sekadar menjalankan perintah nafsunya?

Apakah kesuksesan mereka lantas jadi kutukan? Orang-orang yang dianggap pintar, merasa bisa terus memimpin tapi mengandalkan PHK karyawan sebagai pilihan pertama untuk mengamankan bottom line, indikasinya tersandung success delusion – di situ ada takhyul tentang kesuksesan.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article