Menanggapi penurunan pangsa pasar Aqua, Agus Hermanto Dosen Periklanan Universitaas Muhamadiyah Jakarta menyebutkan, bahwa pemimpin pasar Aqua telah terbuai dengan kesuksesannya sendiri.
“Kalau dianalisis dari marketing mix tradisional, 4P, produt, price, place, promotion, Aqua sudah menguasai 3 yang pertama. Yang masalah, yang keempat, promotion-nya kalau kita amati sepertinya agak berkurang. Tidak hanya ke konsumen, tapi juga ke jaringan distributornya. Kelemahan Aqua ini yang kemudian dimanfaatkan Le Minerale dengan iklan yang gencar dan distribusi, alias placing yang massif. Le Minerale pun memberikan insentif yang lebih menarik ke jaringan distribusinya, sehingga mereka lebih tertarik memasarkan Le Minerale,“ jelas Agus ketika dihubungi melalui sambungan telepon.
Agus melanjutkan, dalam strategi branding selain visi, dan misi, perlu juga eksistensi berkomunikasi ke pasar. Sebagai produsen, promosinya pun tak hanya ke masyarakat. Tapi juga pasar jaringan distribusi yakni pedagang kecil, besar, wholesaler. Aqua dinilai kurang aktif menggarap jaringan distribusi. “Karena dia merasa sudah raja, eh malah jadi kecolongan. Nah kelemahan itu yang dilihat oleh Le Minerale,” ujar Agus.
Le Minerale didukung induknya, Mayora pun kemudian aktif menggelar CSR. Seperti yang dilakukan di Bogor dengan membangun secara cuma-cuma fasilitas foodcourt di berbagai lokasi dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor.
Sehingga kawasan UMKM pedagang kaki lima yang tadinya terlihat kurang layak menjadi sangat indah dan nyaman seperti di Foodcourt Sempur dan di Foodcourt Bogor Creative Center. “Itu yang dilakukan Le Minerale sebenarnya strategi lazim dalam marketing public relation, yakni trade promotion. Dengan program corporate social responsibility Mayora atau Le Minerale membangun foodcourt untuk pedagang kaki lima dan sebagai apresiasi dibangunkan tempat yang bagus secara gratis. Dengan begitu, pedagang mengutamakan menjual produk Mayora atau Le Minerale di foodcourt yang telah dibangun Le Minerale,” tegas Agus.
Kesigapan dan kreativitas Le Minerale dalam strategi promosi dan distribusi ini pun berbuah positif. Pangsa pasarnya meningkat seperti disebut di atas. Selain itu, “Pada tahun 2019 skor (TBI) Le mineral hanya mencapai 5 poin, tapi 4 tahun kemudian atau di tahun 2023 skor mereka meningkat hampir 3 kali lipat dan mencapai 14,5 poin. Angka statistik ini menunjukkan Le Minerale telah berhasil memikat konsumennya,” tegas Indrawan memuji keberhasilan Le Minerale.
Pun demikian dengan hasil jajak pendapat di Jakpat pada 26 September 2022. Dalam hasil jajak pendapat tersebut terungkap hasil Aqua disukai oleh 74,9% responden dan berada di peringkat pertama. Lalu di peringkat kedua ada Le Minerale dengan persentase 62,1%.
Mengakhiri paparannya, Indrawan menyebutkan tiga pelajaran penting yang dapat dipetik dari persaingan AMDK ini. Pertama kita dapat melihat bagaimana adaptasi konsumen dapat mendorong pertumbuhan industri. Kedua kita belajar bahwa menjaga kualitas dan inovasi dalam produk sangat penting dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.
“Ketiga etika dan integritas bisnis itu penting. Dalam hal ini kita lihat bagaimana perselisihan antara Aqua dan Le Minerale di meja pengadilan tentang dugaan praktik monopoli menunjukkan betapa pentingnya menjalankan bisnis dengan cara-cara yang adil dan etis,” tegas Indrawan.