Kamis, November 21, 2024

Sebuah Metafora – Sayap Patah

Must read

Oleh Giri Basuki

Gedung tua peninggalan era kolonial itu terletak di hook di Jalan Naripan No.9, sebuah jalan yang memotong tepat di tengah -tengah ruas jalan Braga kota Bandung, menjadikannya  perempatan jalan. Sebuah kawasan yang senantiasa padat pengunjung baik oleh turis lokal maupun mancanegara.

Itulah keberadaan Galeri Pusat Kebudayaan Bandung, yang saat ini tengah memajang karya terbaru Chrysnandha Dwi Laksana, sampai tanggal 10 September 2023.

Pameran yang dikuratori oleh Isa Perkasa ini, menurut hemat saya cukup berhasil mengeluarkan kekuatan dari karya yang ditampilkan. Meskipun untuk itu dalam kerja penataan display karya-karya tersebut membuatnya harus bekerja keras.

“Saya mau tidak mau meski memutar otak lebih dari biasanya, untuk sampai pada sesuatu yang “Jeprut”!”

Demikian dalam mengawali kata sambutannya. Dan memang, kerja kerasnya dengan dibantu Joko Kisworo membuahkan hasil. Karya yang berjumlah ratusan itu, berhasil dipilih dan dikelompokkan menurut karakternya.

Alhasil pengunjung bisa menikmati karya dengan sajian display yang  tepat hingga terasa nyaman dan asyik. Focus. Sebuah kerja olah pikir dan olah rasa yang membutuhkan kecerdasan dan jam terbang.

Kurang lebih hampir kisaran 300an lukisan berbingkai dengan ukuran yang bervariasi, dari ukuran 15x15cm hingga 40x60cm, sebagian sudut atau ruangnya di lumuri cat warna merah.

Menjadi layer terakhir dalam proses kerja melukis. Sapuan kuas dengan goresan ekspresifnya, menjadi kekuatan dan khas “milik”Chrysnandha.

Berangkat dari karya Kahlil Gibran, Chrysnandha memulai kerja intelektualnya. Kebiasaannya
membaca buku filsafat, mengantarkannya pada pertanyaan-pertanyaan; Bisakah terbang dengan satu sayap? Mampukah terbang dengan sayap yang patah? Mungkinkah peradaban dimulai tanpa harmoni? Adakah kebaikan dan kebenaran dibangun dengan kekerasan yang anti kemanusian?

…tatkala sayap patah, logika menguap, semua bias berubah arah.
…tatkala primordialisme , sana sini sarat trik dan intrik untuk kepentingan pribadi dan kroni.

Karenanya, oleh hati yang luka itu, Chrysnandha melumuri bagian sudut tertentu dari bingkai-bingkai lukisannya yang ratusan jumlahnya dengan warna merah.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article