Dengan membuka ruang antara yang Anda rasakan dan perilaku apa yang layaknya dilakukan terhadap perasaan tersebut, Anda dapat membangun kelenturan emosional yang akan membantu saat mengalami kondisi tidak menyenangkan.
Ketika kepedihan menyergap, saat rasa takut menelikung, bilamana menghadapi transisi (pekerjaan, kondisi sosial, ekonomi, kekuasaan politik) yang pelik, dst.nya.
Susan David, lahir dan tumbuh sebagai kulit putih di Afrika Selatan, menyebut Nelson Mandela, salah satu ikon dalam kepemimpinan zaman ini, telah mempraktikkan emotional agility. Katanya, Nelson Mandela mampu mengelola ketidaknyaman emosi sebagai sekadar data, semua itu tidak dibiarkannya memberikan pengaruh (directing) pada perilakunya.
Nelson Mandela dipenjara oleh penguasa apartheid Afrika Selatan 20 tahun lebih, namun jiwanya tetap merdeka. Bisa memilih respon konstruktif atas pelbagai kecamuk dalam perasaannya, sehingga bisa bernegosiasi dalam kesetaraan dengan pemerintahan yang memenjarakannya, untuk melaksanakan peralihan kekuasaan secara damai.
Itu sekelumit gambaran emotional agility, yang sesungguhnya tidak saja bermanfaat bagi orang-orang yang mengalami keruwetan personal tapi juga memicu pelbagai disiplin dalam psikologi untuk menggali karakteristik orang-orang yang berhasil tumbuh, sukses.
Kapten HMS Defiant, atau bos Anda yang temperamental, atau mungkin juga kita sendiri yang sering kebablasan bertindak, rasanya perlu terus berlatih kepemimpinan yang real time on the job agar dapat mengembangkan emotional agility. Ini kapasitas melihat diri sendiri dan liyan dengan sepenuh hati dan cara yang lebih sehat. Sehingga Anda tidak perlu lagi merasa insecure menghadapi dinamika realitas.
Mohamad Cholid is Member of Global Coach Group (www.globalcoachgroup.com)
Alumnus The International Academy for Leadership, Germany.
Books: https://play.google.com/store/search?q=senincoaching&c=books
(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528
Please contact Ibu Nella + 62 85280538449 for meeting schedule