Jumat, November 22, 2024

Masih mau memimpin berbasis mitos?

Must read

Saat ada kegagalan tidak mau tanggungjawab, cenderung menyalahkan pihak lain atau kondisi eksternal. Akibatnya moral tim lemah, tidak ada budaya kerja efektif.

Pada tatanan sekarang, yang oleh Management Guru Pater Drucker disebut post capitalist society, para team leaders tidak lagi bisa mengandalkan hirarki kepemimpinan untuk mengajak anak buah melakukan inovasi. Para eksekutif tidak lagi dilihat berdasarkan jabatan masing-masing, tapi penghargaan kepada mereka diberikan berdasarkan kompetensi.

“Being an educated person is no longer adequate, not even educated in management,” kata Peter Drucker.

Gelar akademis dan jabatan tinggi di suatu institusi tidak dapat terus diandalkan untuk memimpin tim hari ini — yang bisa terdiri pelbagai generasi (dari baby boomers sampai Gen Z) — kalau kompetensi kepemimpinan seseorang belum di-ases ulang, tidak diasah lagi, menolak berubah menjadi lebih baik. Kompetensi yang tidak dikembangkan akan menyebabkan gelar dan jabatan hanya jadi mitos. Ini berlaku di bisnis, nonprofit, dan institusi lainnya.

Hasil survei yang disponsori Accenture Strategic terhadap ratusan eksekutif di 200 organisasi di enam benua — terdiri dari organisasi bisnis multinasional dan separuhnya campuran lembaga bilateral, institusi pemerintah, dan lembaga nonprofit – mendapati adanya kebutuhan 15 kompetensi penting yang harus dikuasai jika para team leaders ingin tetap relevan dengan realitas global sekarang.

Ke-15 kompetensi tersebut terkelompok ke dalam lima clusters: communication; engaging people; boundaryless inclusion; assuring success; dan continuous change. Kita dapat menyimak, tiga kluster pertama orientasinya pada kepentingan manusia (human skills); hanya dua kluster yang berorientasi tugas.

Bagaimana para eksekutif, termasuk yang kelas dunia, pada bersedia belajar terus meningkatkan kompetensi untuk menjaga atau meningkatkan level sukses mereka, bahkan ketika bertugas di institusi berbeda?

Mereka membuka hati dan pikiran menerima perspektif beda, bersedia didampingi coach dan mentor. Di dunia bisnis contoh paling masyhur adalah Richard Branson. Coach dan mentornya lebih dari satu.

Di sektor nonbisnis contohnya antara lain Jim Yong Kim MD, Ph.D, dokter dan antropolog lulusan Harvard University, Presiden Bank Dunia (2012 – 2019). Sebelum itu, lewat organisasi Partners in Health (PIH), kemudian di WHO, Jim bersama tim berhasil menyelamatkan jutaan orang dari TBC dan HIV di beberapa wilayah yang kurang beruntung, termasuk Haiti.

Dengan prestasi luar biasa di bidang kemanusiaan tersebut, Dr. Jim ternyata tetap bersedia didampingi coach (Marshall Goldsmith) agar berperilaku lebih efektif utamanya saat memimpin Bank Dunia.  

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article