Minggu, Maret 9, 2025

Benarkah Kebakaran di Komdigi Hanya Insiden Teknis?

Must read

Pada Sabtu dini hari, 8 Maret 2025, terjadi insiden di lantai 8 Gedung Utama Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Menurut keterangan resmi, penyebabnya adalah korsleting listrik pada wall panel display, yang kemudian memicu aktivasi otomatis sistem pemadaman kebakaran FM200. Selain itu, sebuah bohlam yang pecah turut menyebabkan pelepasan gas pemadam sebagai langkah proteksi dini.

Pihak Komdigi menegaskan bahwa tidak ada kebakaran besar, hanya kepulan asap. Operasional tetap normal, data dan peralatan IT tetap aman. Mereka juga memastikan bahwa dua staf yang berada di lokasi telah mendapatkan pemantauan medis dan dalam kondisi baik.

Meskipun demikian, spekulasi mulai bermunculan. Beberapa pihak mempertanyakan apakah ini murni kecelakaan atau ada faktor lain yang belum terungkap. Pasalnya, insiden ini terjadi di ruangan yang diduga menyimpan AIS, sebuah mesin crawler content multiplatform yang sangat canggih.

Mengenal AIS, Mesin Canggih Senilai Rp194 Miliar

AIS, atau Automatic Internet Surveillance, adalah sistem pemantauan internet yang dibeli oleh Kominfo saat Rudiantara menjabat menteri dengan anggaran Rp194 miliar. Teknologi ini sangat efektif dalam:

  • Memberangus 700.000 situs porno di Indonesia.
  • Melacak perdagangan narkoba melalui kerja sama dengan BNN, dengan cara memantau kata kunci dalam percakapan daring.
  • Mengidentifikasi situs investasi bodong bersama OJK.
  • Mendeteksi rencana aksi terorisme dengan BNPT melalui pemantauan komunikasi dan pola perilaku online.

Dan seharusnya, AIS juga bisa dengan mudah melacak dan memblokir situs judi online (judol) yang kian merajalela. Namun faktanya, beberapa situs judol justru dikelola oleh oknum di Kominfo sendiri.

AIS Terbakar, Barang Bukti Hilang?

Kini, setelah insiden ini, muncul pertanyaan besar: Apakah AIS benar-benar ikut terbakar? Atau ada yang sengaja membakar? Jika benar AIS rusak, berarti banyak data penting—termasuk bukti transaksi situs judol—ikut musnah.

Modus seperti ini terasa familiar. Kita pernah melihat kejadian serupa:

  • Kebakaran di Kementerian ATR/BPN yang terjadi saat skandal mafia tanah mencuat.
  • Kebakaran di Gedung Kejaksaan Agung, yang diduga menghilangkan barang bukti dalam kasus besar.

Kini, Komdigi “terbakar”, tepat di lokasi yang menyimpan alat pemantau kejahatan digital. Kebetulan? Atau ada sesuatu yang sedang dikubur?

Jika kita ingin percaya bahwa ini hanya insiden teknis, silakan. Tapi sejarah menunjukkan, kadang api bukan sekadar bencana, melainkan alat untuk menghapus jejak. (Orsuy)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article