Senin, Maret 10, 2025

Sinar atau Sirna Harapan?

Must read

Nah, Anda mungkin masih ingat ketika menjelang Pilpres dulu, Jokowi memperpajang masa jabatan kepala desa menjadi 8 tahun dan bisa diipilih dua kali periode. Jokowi mengajukan amandemen UU Desa ke DPR. Itulah yang membuat dukungan kepada Mbah Wowo dan Den Mas Gibas membludak.

Ketika itu para kepala desa bersuka ria karena akan bisa berkuasa lebih lama. Sekarang harapan itu sirna. Kalaupun berkuasa lebih lama tapi tanpa duit. 1 milyar per tahun untuk desa itu bukan duit kecil.

Masih ingat buruh Sritex? Mereka diberi janji tidak akan di PHK walaupun keuangan perusahan morat marit. Maka mereka pun memilih penguasa sekarang. Hasilnya? Sirna harapan karena toh mereka di-PHK juga.

Oh itu belum cukup. Wakil menteri tenaga kerja dari pemerintahan sekarang ini berjanji lantang di hadapan para buruh, “Saya pertaruhkan jabatan saya agar para buruh tidak di-PHK.”

Kini setelah buruh-buruh itu di-PHK, apakah dia mundur dari jabatannya? Ya jelas nggak. Ia bicara soal investor baru yang akan masuk dan buruh-buruh itu akan bekerja kembali. Anehnya, para buruh yang sudah sirna harapannya itu berharap lagi. Siapa tahu ada sinar harapan.

Ada banyak cerita tentang harapan yang sirna di rejim ini. Masih ingat Mbah Wowo yang diwawancara bicara semuanya gratis? Pendidikan gratis, kuliah gratis, transporasi gratis, makan siang gratis … Sirna harapan?

Bahkan para ASN yang kemarin penuh harapan akan pergantian pemerintahan yang berkesinambungan, sirna harapannya. Anggaran dipotong. Mereka harus bekerja dengan fasilitas yang berkurang jauh dari sebelumnya.

Semalam saya mendengar orang-orang yang ikut tes ASN dan lolos ternyata tidak jadi mulai bekerja bulan Maret ini. Pengangkatan mereka ditunda pada Oktober tahun ini. Bahkan mungkin tahun depan. Padahal banyak dari mereka yang sudah terlanjur berhenti bekerja di kantor lama dan bersiap pindah ke tempat penugasan baru.

Para kontraktor dan suplier sudha membuat persiapan tahunan. Mereka sudah memproyeksikan kebutuhan dan bahkan sudah mulai melakukan pemesanan. Bahkan banyak dari mereka yang sudah ambil kredit untuk modal produksi.

Apa yang terjadi? Efisiensi anggaran membuat semuanya berantakan. Kredit tidak bisa dikembalikan begitu saja tanpa bunga dan denda. Padahal pemasukan tidak ada.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article