Senin, Maret 10, 2025

Sinar atau Sirna Harapan?

Must read

Sirna Harapan: Om Ben Anderson punya ledekan terhadap koran-koran Indonesia yang dibacanya. Salah satunya adalah koran Sinar Harapan. Ini adalah koran harian yang terbit sore. Sinar Harapan dibredel Orde Baru pada 1986. Ia terkenal sebagai koran berani.

Ledekan untuk Sinar Harapan adalah Sirna Harapan. Entah mengapa Ben menyebutnya demikian. Mungkin karena koran ini sudah dibredel sejak tahun 1986. Sementara koran-koran lain yang sebayanya masih tetap hidup. Tentu dengan keahlian melipat-lipat lidahnya supaya tidak membuat penguasa tersinggung.

Tapi kita tidak bicara Sinar Harapan saat ini. Kita bicara sirna harapan. Itulah yang terjadi pada pemerintahan sekarang ini.

Saya baru saja bicara dengan seorang kawan yang menjadi relawan calon yang menang pada pemilihan presiden yang kemarin. Saya tanya ke dia, “Bro, dapet komisaris dimana?” Dia tersenyum masam. “Sialan, ternyata ga kayak dulu. Sekarang udah gak jamannya relawan jadi komisaris. Yang dapat tentara sama polisi semua.”

Kawan saya itu, sirna harapannya. Dia termasuk yang sangat gigih berjuang agar pasangan aneh yang sekarang berkuasa ini terpilih. Aneh? Kita diskusikan itu lain kali.

Tadi saya baca para kepala desa sekarang gelisah. Beberapa hari lalu Prabowo mengumumkan akan membentuk Koperasi Merah Putih di semua desa. Rencananya, koperasi ini akan merupakan usaha “serba usaha.” Artinya, koperasi ini akan jual bibit, pupuk, pestisida dan semua saprodi pertanian. Dia juga akan punya usaha retail. Juga akan beli gabah petani.

Pokoknya serba usaha. Termasuk persewaan traktor? Persewaan mesin combine untuk panen? Iya, pokoknya apa saja yang menghasilkan uang.

Yang menarik adalah modal koperasi desa merah putih ini 5 milyar. Itu akan diambil dari dana desa yang besarnya 1 milyar per tahun. Kekurangannya? Nanti bank-bank di Himbara akan menalangi modal awalnya. Alias, diberi pinjaman!

Lalu, bagaimana dengan badan usaha milik desa? Ha, mbuh. Mungkin nantinya akan dihapus, semuanya di bawah kopdes merput.

Bukankah itu berarti bahwa dana desa tidak akan ada lagi? Mestinya kan begitu. Itulah yang bikin para kepala desa itu protes.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article