Senin, Maret 17, 2025

VOA Dibekukan Trump: Akhir Kebebasan Informasi atau Awal Era Propaganda?

Must read

Pada Maret 2025, pemerintahan Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menghentikan pendanaan untuk Voice of America (VOA) dan lembaga penyiaran lainnya yang didanai pemerintah AS. Akibatnya, lebih dari 1.300 jurnalis dan staf VOA ditempatkan pada cuti administratif, menghentikan operasi penuh lembaga tersebut.

Bagi masyarakat Indonesia, pembekuan VOA berarti hilangnya akses terhadap sumber berita internasional yang kredibel dalam bahasa Indonesia. VOA telah lama menjadi sumber informasi terpercaya bagi banyak pendengar dan pembaca di Indonesia, menyediakan perspektif Amerika tentang peristiwa global.

Langkah ini menghilangkan salah satu sumber berita internasional terpercaya, termasuk bagi masyarakat Indonesia yang selama ini mengandalkan VOA sebagai jendela informasi global.

Yup, ketika Donald Trump kembali ke Gedung Putih, gelombang kebijakan radikal segera mengguncang Amerika Serikat dan dunia. Salah satunya adalah peristiwa pembekuan VOA di atas, juga sebutlah pemangkasan besar-besaran di USAID.

Trump 2.0: Dominasi Penuh dan Gejolak Global

Kembalinya Trump ke kursi kepresidenan semakin memperkuat cengkeramannya atas pemerintahan AS. Dengan dukungan penuh dari Partai Republik—yang kini menguasai DPR, Senat, dan Mahkamah Agung (di mana 6 dari 9 hakim agung adalah pilihan Bush dan Trump)—Trump memiliki kendali hampir total atas tiga cabang pemerintahan.

Ini menjelaskan mengapa Kongres tetap diam meskipun kebijakan Trump menimbulkan gejolak di dalam dan luar negeri.

Dampak dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan oleh warga AS tetapi juga oleh negara-negara mitra, termasuk Indonesia. Pemangkasan besar-besaran terhadap birokrasi menyebabkan lebih dari 100 ribu Aparatur Sipil Negara (ASN) kehilangan pekerjaan.

Elon Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), menjadi arsitek di balik kebijakan ini. Musk, yang sejak awal mendukung Trump dan gerakan “Make America Great Again” (MAGA), bahkan pernah tertangkap kamera memberikan salam ala Hitler dalam acara Partai Republik, menegaskan afiliasinya dengan kelompok supremasi kulit putih.

Gejolak Ekonomi: Proteksionisme dan Ketidakpastian Global

Kebijakan ekonomi Trump yang berfokus pada deregulasi dan proteksionisme memicu ketidakpastian di pasar global. Peningkatan tarif impor dan sikap unilateral dalam negosiasi perdagangan menekan negara-negara mitra, termasuk Indonesia. Dengan ketidakstabilan ekonomi AS, nilai tukar rupiah berisiko tertekan, sementara ekspor Indonesia ke AS menghadapi hambatan yang lebih besar.

Di sisi lain, para miliarder seperti Jeff Bezos dan Mark Zuckerberg memilih jalur berbeda. Mereka mendirikan Breakthrough Energy, sebuah inisiatif energi terbarukan, sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan Trump yang menarik AS keluar dari Paris Agreement dan kembali mengandalkan bahan bakar fosil. Langkah ini menandai perpecahan tajam di kalangan elite bisnis AS terkait arah kebijakan Trump.

Kebijakan luar negeri Trump yang cenderung isolasionis dan sikapnya yang meremehkan aliansi multilateral seperti NATO dan PBB semakin meningkatkan ketidakpastian geopolitik.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article