Minggu, November 17, 2024

Gen Z dan peran orangtua terhadap pendidikan anak di era digital

Must read

Generasi milenial dan gen Z merupakan kelompok yang akrab dengan dunia digital. Meski demikian, mereka memerlukan arahan dan intervensi orangtua agar dapat menggunakan media digital tetap dalam koridor yang baik.

Hal tersebut menjadi pembahasan menarik dalam webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Rembang – Jawa Tengah yang dihelat Kementerian Kominfo dan Debindo pada 17 Juni lalu.

Aulia Putri Juniarto dari Kaizen Room menyampaikan hal itu dalam webinar yang mengusung topik ”Keluarga sebagai Basis Pendidikan Digital”. Dimoderatori oleh Thommy Rumahorbo, webinar juga menghadirkan tiga narasumber lain, yakni Tri Yuniningsih (dosen Fisip Undip), Ari Ujianto (pegiat advokasi sosial) dan Sopril Amir dari Tempo Institute. Hadir juga entertainer Kneysa Sastrawijaya selaku key opinion leader

Aulia menambahkan, Indonesia saat ini didominasi oleh generasi milenial dan gen Z yang banyak memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka.

“Mereka adalah digital native yang lahir dan tumbuh di era digital. Oleh karena itu kemampuan individu dalam menggunakan dan mengakses media digital diperlukan,” ujar Aulia.

Teknologi bagi generasi milenial dan gen Z bahkan merupakan dasar dalam mengakses pendidikan dan informasi. ”Saat ini mereka dipaksa untuk belajar di rumah, daring atau online. Mereka dipaksa untuk cakap digital lebih dari generasi-generasi sebelumnya.”

Dalam konteks pendidikan, peran orangtua dalam proses belajar anak merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk tujuan akademik, juga menumbuhkan karakter dan kecintaan terhadap aktivitas belajar. Sebab, sebagaimana kita tahu, gadget jika tidak digunakan secara bijak dapat memberikan efek negatif tertentu.

“Lalu, apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mendampingi anak di era digital? Orangtua dapat membuat aturan penggunaan gawai serta mengatur batasan screen time. Memberikan pendampingan kepada anak saat bermain gadget serta memantau aktivitas anak di dunia maya,” papar Aulia.

Orangtua, masih kata Aulia, harus mampu menyeimbangkan waktu anak antara di dunia nyata dan di dunia maya. Juga, meminjamkan gawai sesuai kebutuhan anak.

“Dengan berbagai aturan seperti itu mestinya dapat menciptakan self regulation pada anak. Selain itu, juga mengajarkan anak untuk realistis menghadapi kehidupan dan masa depan,” pungkasnya.

Literasi digital, kita tahu, merupakan hal fundamental dalam membekali anak. Yakni, dengan memberikan edukasi, berkolaborasi, dan beradaptasi dengan transformasi digital.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article