”When Disaster Strikes, Move Your School Online.” Ungkapan Lapraire & Hinson tahun 2006 itu kini jadi kenyataan, lantaran banyaknya pembelajaran yang kini dilakukan secara online akibat wabah corona. Bencana pandemi yang menyerang seluruh dunia memaksa aktivitas pendidikan di sekolah berpindah ke rumah secara online.
”Utamanya dalam masa krisis seperti sekarang lembaga pendidikan adalah medan perang melawan Covid-19. Pembelajaran online memiliki kelebihan: fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan dan peluang,” tutur dosen pendidikan anak Universitas Negeri Semarang (Unnes) Ali Formen Yudha mengutip kata-kata Adedoyin & Soykan, 2020, pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (26/8/2021).
Dari sisi kecakapan digital (digital skill), kata Ali Formen, untuk terampil belajar daring membutuhkan pengetahuan dasar mengenai lanskap digital atau internet dan dunia maya. Kemudian juga pengetahuan dasar mengenai mesin pencarian informasi, cara penggunaan dan pemilahan data, pengetahuan dasar mengenai aplikasi percakapan dan media sosial, serta pengetahuan dasar mengenai aplikasi dompet digital, lokapasar (marketplace), dan transaksi digital.
”Kegiatan belajar mengajar online juga harus paham 10 kompetensi literasi digital: akses, seleksi, distribusi, produksi, paham, analisis, evaluasi, verifikasi, partisipasi dan kolaborasi,” sebut Ali Formen di depan 320-an partisipan webinar.
Keterampilan digital pendukung proses belajar mengajar (PBM), menurut Ali Formen, meliputi: information processing, content creation, presentasi, analisis data, social media, komunikasi digital, internet-based (re)-search, blogging, coding, dan cloud computing. Pemahaman dan penguasaan atas keterampilan pendukung tersebut diperlukan untuk mendukung pencapaian target pembelajaran satuan pendidikan.
Ali Formen menegaskan, untuk mendukung keberhasilan PBM, maka pemerintah mesti segera merealisasikan rencana pembangunan jaringan internet di Indonesia hingga ke pelosok pedesaan. Belum meratanya akses dan jaringan internet menyebabkan pembelajaran daring masih terkendala bahkan tak bisa dilakukan sebagaimana di daerah perkotaan.
”Untuk daerah-daerah tertentu, masih banyak desa yang belum terjangkau jaringan internet. Kalaupun ada, sinyalnya sangat lemah dan lamban sekali. Masalah ini harus jadi perhatian pemerintah,” jelas Ali.
Salah satu hal positif yang telah dirasakan dari penerapan PBM online, imbuh Ali, pelajar dan mahasiswa kini lebih mengenal dunia teknologi. ”Tentu, ini capaian yang luar biasa di era digitalisasi,” tegasnya.
Narasumber lain pada webinar ini, aktivis pendidikan Ahmad Faozi mengingatkan, tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3, adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk itu, desain pendidikan guru harus sejalan dengan dinamika era digital dan kontekstualisasi ciri pendidikan keindonesian agar tidak tergerus zaman dan kehilangan identitasnya. ”Desain pendidikan guru harus selaras, terintegrasi, dan sistemik dari program pendidikan, kurikulum, teori dan pendekatan, praktik, monitoring, asesmen, hingga kebermanfaatannya secara sosio kultural, ekonomi, dan politik,” jelas Ahmad.
Ahmad menambahkan, desain pendidikan guru harus lebih peka terhadap perubahan, reflektif, dan mengedepankan kritisisme-humanisme. Tidak sekadar administratif-manajerial. ”Desain pendidikan guru era digital harus paham betul ’siapa subjek guru dan siswa yang hendak didesain’ dan ’bagaimana tipologi guru dan siswa yang hendak didesain’,” tegas pengajar MTs Nurul Iman Mlangi itu, mengakhiri paparan.
Webinar bertajuk ”Saatnya Peserta Didik dan Guru Terampil Belajar Daring (Online)” yang dipandu moderator Nabila Nadjib itu, juga menghadirkan narasumber Yati Utami (Kepala SMA N 1 Sewon), Novia Putri Kristiana (Kepala Bidang Kesekretariatan Pengda KAGAMA DIY), dan ketua MKKS Kabupaten Bantul, Ngadiya selaku key opinion leader.