Senin, November 25, 2024

Pelajari sejarahnya, buat komunikasi yang sehat di era digital

Must read

Kecanggihan teknologi yang melahirkan media digital pada era modern ini, mau tak mau, menuntut hampir setiap individu memiliki kemampuan mengakses berbagai macam informasi yang tersedia secara online. Menurut pengamat kebijakan publik digital Razi Sabardi, masyarakat 5.0 dan revolusi industri 4.0 turut mendorong transformasi digital mobil internet di dunia.

”Saat ini sekitar 60 persen lalu lintas internet berasal dari telepon pintar atau mobile device,” kata Razi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Komunikasi Publik yang Sehat di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (2/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti seratusan peserta itu, Razi mengungkap transformasi digital terus bermetamorfosa dengan cepat dari waktu ke waktu. Dimulai terjadinya tren cloud-computing pada awal tahun 2014 di mana untuk pertama kalinya informasi dapat diproses melalui Cloud dibandingkan dengan diproses melalui jaringan tradisional. Lalu munculnya fenomena the internet of things pada tahun 2015, di mana saat itu terdapat sebanyak 18,2 juta internet connected device.

”Sejak 2015, mulai berdampak pada tumbuhnya jenis-jenis bisnis dan cara produksi yang baru serta alat gawai terbaru seperti Drivers Cars Drone dan Smart Home,” kata dia.

Tak berhenti di situ, fenomena Big Data dan Advance Analytics muncul pada 2016 dan membuat trafik internet mencapai satu zettabyte atau 1 triliungigabyte yang menyebabkan pertukaran informasi dengan daya yang tinggi sangat membantu manusia dalam proses pengambilan keputusan dan dapat membantu bisnis untuk memproses informasi sehingga menjadi lebih efisien.

”Kemajuan-kemajuan ini diikuti dengan kebiasaan pengguna di dunia digital yang mulai rame-rame membuat akun di Facebook, Twitter, Path, Instagram, YouTube dan lain-lain,” kata dia. Pengguna digital ini kian aktif membuktikan kepada dunia bahwa mereka eksis melalui media sosial.

Lebih lanjut, Razi mengatakan, proses belajar generasi digital mulai intens mengakses dengan Google, Yahoo atau mesin pencari lainnya dan kemampuan belajarnya menjadi jauh lebih cepat. Karena segala informasi ada di ujung jari mereka, termasuk YouTube, Podcast dan lain-lain.

”Generasi digital cenderung ingin memperoleh kebebasan berekspresi, mereka tidak suka diatur dan dikekang. Mereka ingin memegang kontrol dan internet menawarkan kebebasan berekspresi itu. Privasi generasi digital cenderung lebih terbuka blak-blakan dan berpikir agresif,” jelas Razi.

Menurut Razi, dalam memahami komunikasi publik di era digital perlu diketahui definisi komunikasi publik itu yakni cara dan pendekatan komunikasi kepada khalayak sasaran mengenai isu kebijakan dan program tertentu dan spesifik secara efektif dan efisien secara praktis.

”Komunikasi publik membutuhkan perencanaan untuk mencapai tujuan-tujuan komunikasi yang ditujukan untuk target khalayak tertentu dengan materi konten dan media komunikasi publik yang telah ditetapkan secara umum,” kata dia.

Tujuan komunikasi pada umumnya difokuskan pada memantapkan pemahaman, menjaga penerimaan dan memotivasi tindakan tertentu.

”Komunikasi publik di era digital media sosial menjadi alat utama karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional. Ada kesederhanaan, dan dalam penggunaan mudah serta membangun hubungan dan jangkauan global,” kata Razi yang menyebut komunikasi publik di era digital juga dapat dilakukan secara terukur.

Dampak positif media sosial, lanjut Razi, tak lain semakin mudahnya berinteraksi dengan orang lain. Karena media sosial bisa hadir sebagai media berbagai informasi, sebagai media diskusi, sebagai media promosi dan sebagai sarana hiburan.

”Tapi, waspadai dampak negatif media sosial yang membuat manusia kurang interaksi dengan dunia luar, marak terjadi penipuan, pencurian data pribadi dan membuat batasan ranah pribadi privasi semakin kabur sampai bisa membuat kecanduan pornografi dan maraknya penyebaran berita palsu atau hoaks,” tegasnya.

Narasumber lain, entrepreneur dan juga graphologist Diana Balienda dalam paparannya mengungkap: untuk mendukung komunikasi publik di era digital ini sudah banyak tools pendukung yang tersedia. ”Yang perlu dijaga dalam komunikasi publik itu kita bebas berpendapat apa pun, namun mesti sesuai dengan aturannya,” kata Diana.

Webinar yang dimoderatori Dimas Satriya ini juga menghadirkan narasumber lain yakni M. Solahudin (Ketua Pergunu Kebumen), M. Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara) serta Tya Lestari selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article