Minggu, November 24, 2024

Membuat konten pembelajaran menarik dengan teknologi digital

Must read

Pembelajaran jarak jauh atau sekolah daring saat ini merupakan pilihan terbaik dalam proses pendidikan di masa pandemi. Namun hal ini sekaligus menjadi tantangan baru yang dihadapi seluruh warga pendidikan untuk tetap bisa menjaga kualitas belajar dari rumah.

Itulah topik yang hangat dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (24/8/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan nasional literasi digital yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk mendukung percepatan transformasi digital dengan meningkatkan kecakapan digital masyarakat.

Diskusi virtual yang dilaksanakan pada siang hari ini dipandu oleh entertainer Dannys Citra bersama empat narasumber: Adhi Wibowo (praktisi pendidikan), Denik Iswardani Witarti (dosen Universitas Budi Luhur), Subarino (Kepala SMAN 1 Sedayu), dan Novia Putri Kristina (Kabid Kesekretariatan Pengda Kagama DIY). Selain itu, turut hadir Ngadiya (Ketua MKKS Bantul) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital: digital ethics, digital skills, digital culture, dan digital safety.

Mengawali paparannya, Adhi Wibowo menjelaskan, ketika pembelajaran beralih ke media dalam jaringan (daring) tantangan bagi para pendidik adalah bagaimana menyediakan konten atau materi pembelajaran yang berkualitas dan menarik masyarakat. Kualitas konten belajar mengajar yang bagus sangat penting, karena akan memberikan efektivitas proses belajar mengajar.

Konten yang berkualitas, sebut Adhi Wibowo, itu gampang ditemukan dan bisa dibagikan. Juga mudah dibaca, dalam artian mudah dipahami dengan menggunakan istilah dan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Selain itu, yang tak kalah penting adalah mudah diingat. Artinya, setelah peserta didik menemukan konten tersebut dan dipahami dengan baik akan mudah diingat pada saat ia membutuhkan pengetahuan yang diperlukan.

”Membuat konten yang berkualitas harus memiliki tujuan. Hal apa yang ingin disampaikan dan hasil akhir seperti apa yang diharapkan dari konten yang diberikan. Membuat konten yang kekinian, dalam artian pendidik dapat mengkorelasikan materi konten dengan konteks atau kondisi yang lagi hits atau tren sehingga akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh murid. Selain itu, pemilihan bahasa yang menyenangkan dan tidak kaku atau terlalu formal juga penting untuk menyampaikan narasi materinya. Juga, bisa melakukan list kata kunci untuk menentukan tema apa yang baik untuk diberikan kepada murid sesuai usianya,” jelas Adhi Wibowo.

Dalam membuat konten, membuat headline adalah hal penting untuk menarik target audiens agar membaca atau menyimak. Isi konten yang dibuat juga harus sesuai dengan target audiens. Setelah konten dibuat, distribusikan dan promosikan konten tersebut agar bisa dinikmati secara lebih luas.

”Namun yang perlu diperhatikan dalam membuat konten adalah memastikan menggunakan sumber yang akurat, agar tidak menimbulkan hoaks. Harus mengecek kebenaran fakta agar bisa dijadikan panduan belajar. Serta pastikan memperbarui isi konten jika ada informasi baru berkaitan dengan isi konten, agar kredibilitas konten tetap terjaga,” tutup Adhi.

Sementara itu, dari sisi budaya digital, Denik Iswardani Witarti menambahkan, budaya digital atau digital culture merupakan konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi sebagai manusia, baik itu cara bertindak, berpikir maupun berkomunikasi. Dalam hal pendidikan, seluruh warga pendidikan mempunyai tuntutan sama, yakni bagaimana membentuk kebiasaan-kebiasaan baru dan menjaga kualitas kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi.

Platform digital memberikan banyak cara untuk mengakses media pembelajaran yang telah disediakan dari Kemendikbud, atau menggunakan moda aplikasi sebagai ruang kelas virtual untuk menyampaikan materi.

”Ada berbagai aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk menjalin komunikasi dan interaksi guru dan murid seperti Zoom atau Google Meet dengan video conferencenya. Atau, menggunakan website e-learning dan aplikasi belajar daring untuk mendistribusikan materi ajar yang bisa digunakan murid untuk belajar secara mandiri. Namun keterampilan guru dalam menyediakan materi juga perlu ditingkatkan agar kualitas belajar di rumah tetap baik dan positif,” terang Denik kepada 150-an peserta webinar.

Denik menyebutkan, ketika guru tidak bisa menyediakan atau membuat materi ajar yang menarik, maka pendidik bisa menggantinya dengan menyediakan referensi atau sumber rujukan belajar di internet yang kredibel. Warga pendidikan bisa memanfaatkan jalur rempah yang disediakan Kemendikbud untuk membantu peserta didik memenuhi kebutuhan materi berbagai materi pelajaran.

”Atau, memanfaatkan konten video sebagai referensi pembelajaran dan mempunyai keterkaitan dengan materi yang diberikan. Video dengan narasi yang baik bisa menjadi salah satu cara menarik keikutsertaan murid dalam proses belajar, karena murid secara mandiri akan menggali apa yang telah didapat dari materi konten tersebut. Misalnya, menggunakan referensi kanal YouTube ’Kokbisa’ dan ’Ayo mikir’ yang menyediakan berbagai pengetahuan dari bermacam-macam bidang,” tutupnya.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article