Staf Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang juga Dosen di Fakultas Ilmu Sosial Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Achmad Uzair Fauzan, mengatakan kemajuan dunia digital jangan sampai memunculkan kesenjangan yang mengarah pada terjadinya digital divide. Perlu ada langkah pencegahan, sebab jika hal itu terjadi maka bisa memperparah kesenjangan saat ini.
“Di antara tanda modernitas adalah penggunaan teknologi komunikasi yang melintas batas, berdampak masif, menciptakan konvergensi sekaligus divergensi. Ditambah lagi munculnya “data raya” atau biasa disebut big data, artificial intelligence – berkembangnya kesadaran pada “mesin” – dengan segala risikonya,” ujarnya saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Jumat (23/7/2021).
Dia sepakat manusia harus menjaga martabat termasuk ketika memasuki dunia digital dengan segala etikanya. Seperti dikutip oleh seorang ahli, dosen di Program Doktor, International Consortium for Religious Studies (ICRS) itu khawatir berkembangnya modernitas menimbulkan risiko dan ketidakpastian yang semakin besar yang berpengaruh pada lingkungan dan fungsi masyarakat.
Dia lantas menjelaskan perlunya pertimbangan-pertimbangan budaya di dunia digital, di antaranya Stereotyping (Deskripsi yang terlalu simplistis tentang budaya), sensitivitas budaya audiens, berwawasan inklusif (gender, agama, kelompok sosial lain), kemudian beri ruang pada kelompok yang selama ini speech less.
Tak lupa dia juga menjelaskan seputar digital civility. Penjabarannya adalah masing-masing individu memiliki tanggung jawab melindungi kebebasan yang diperoleh dengan mengakui. “Perilaku kita bukan hanya akan berdampak pada orang lain tetapi juga bagaimana kita perlu mendorong, mengedukasi, mendukung dan memberdayakan orang-orang yang menjadi mitra komunikasi online,” tandasnya.
Narasumber lainnya, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret – IAPA), Muhammad Yunus Anis, dalam kesempatan itu mengupas tentang strategi promosi budaya dengan memanfaatkan dunia digital.
Strategi itu disertai dengan prinsip-prinsip mau belajar budaya daerah dan melihat pertunjukan pentas budaya daerah, tidak menganggap budaya lain rendah dibandingkan budaya sendiri, menghindari sikap kedaerahan sentris serta meyakini jika budaya daerah berkembang maka budaya nasional secara komulatif akan berkembang.
Dipandu moderator Nadia Intan, webinar juga menghadirkan narasumber Zusdi F Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), Suharti (LP3M UNU Yogyakarta) dan Mila Rosinta (Seniman Tari Indonesia) selaku key opinion leader. (*)