Internet adalah ruang publik di dunia maya yang tersekat-sekat, yang bisa berdimensi tunggal maupun kolektif. Berinteraksi di dunia digital merupakan budaya baru masyarakat, baik interaksi secara personal maupun sosial, formal maupun informal.
”Tiap personal menjadi warga digital di dunia digital saling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya,” ujar Fajar Adhy Nugroho, Kepala pada Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa, 27 Juli 2021.
Menurut dia, dibutuhkan kompetensi agar seseorang memiliki budaya digital yang baik. Dengan begitu saat memasuki dunia digital mereka tidak hanya sekadar bisa memanfaatkan perangkatnya tetapi mengerti apa yang harus dilakukan serta apa yang tidak perlu dilakukan, bahkan harus dihindari.
Dalam konteks Indonesia, berbudaya digital erat kaitannya dengan keberadaan negeri yang yang dikenal sebagai negara multikultur, memiliki heterogenitas suku, agama, ras dan antar golongan. Keempatnya sangat rentan terjadi gesekan bila dipertentangkan.
Baginya, dunia maya adalah manifesto dunia riil dalam berinteraksi antar personal melalui peripheral digital, yang juga sangat rentan apabila dijadikan alat memunculkan pergesekan atau informasi yang tidak benar. “Tiap-tiap individu di Indonesia perlu literasi berbudaya digital,” saran dia.
Seseorang apabila kurang memahami literasi digital maka dampaknya adalah tidak mampu memahami batasan antara kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial (perpecahan atau polarisasi) di ruang digital.
Selain itu, juga tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital, tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi.
Narasumber lainnya, Dosen FISIP Universitas Budi Luhur, Rusdiyanta, menegaskan meskipun saat ini teknologi maju pesat namun penggunanya tetap harus berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang diperintahkan oleh Tuhan YME, disertai dengan sentuhan moral dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dipandu moderator Bobby Aulia, webinar bertema ”Strategi Menangkal Konten Hoaks” ini juga menghadirkan narasumber Nyarwi Ahmad (Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Jakarta), Shofi (Kepala MAN 2 Kudus) dan Suci Patia (Author) sebagai key opinion leader.(*)