Minggu, November 24, 2024

Tantangan menjadi manusia digital beretika

Must read

Seperti kita ketahui manusia digital saat ini merupakan hasil revolusi keempat umat manusia yang mencakup dan melibatkan teknologi digital. Bahkan sebagian ahli menyebut kini dunia telah memasuki era masyarakat 5.0.

Semua orang telah berubah menjadi manusia digital, teknologi telah mengubah cara kita berbicara, bekerja, berdagang, bertransaksi, dan manusia telah mengeksplorasi, serta mentransformasi seluruh sendi kehidupan sehingga nyaris semua orang di planet bumi ini akan terkoneksi secara digital.

“Di era digital inilah semua orang punya kesempatan untuk bisa bangkit dari kemiskinan melalui keterbukaan ,” kata anggota Komisi Ketenagakerjaan MPR RI Nuzran Joher saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (7/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Nusran menuturkan, untuk bangkit dari keterpurukan dan tak tergilas era digital sejumlah tantangan modern masyarakat digital harus diatasi. “Tantangannya berupa kurangnya kecakapan digital dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak, menyebabkan penggunaan media digital yang tidak optimal,” kata dia.

Selain itu, tantangan lainnya berupa rendahnya etika digital yang berpeluang menciptakan ruang digital jadi tidak menyenangkan karena terdapat banyak konten negatif. Tidak menyenangkan dalam arti karena terdapat banyak konten negatif, gambar porno, perjudian, penipuan, pelecehan pencemaran nama baik dan berita bohong atau hoaks.

“Lemahnya budaya digital menimbulkan pelanggaran hak warga digital, rapuhnya keamanan dan berpotensi terhadap kebocoran data pribadi maupun penipuan digital,” kata dia.

Nusran mengungkapkan, di era digital berlaku etika digital secara universal, bagaimana warga digital menjadi dan menumbuhkan kesadaran akan perbedaan kemudian sensitif terhadap perbedaan.

“Pengguna harus bisa memandang bahwa latar belakang sesama manusia dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada sesama,” kata dia.

Nusran menyarankan pengguna bisa melakukan seleksi dan analisis informasi sesuai netiket. Contohnya selalu ingat akan keberadaan orang lain di dunia maya, taat kepada standar perilaku online yang sama dengan kita yang jalani dalam kehidupan nyata, dan tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna internet lainnya.

“Ruang digital mestinya dipakai untuk membentuk citra diri yang positif, menghormati privasi orang lain, memberi saran atau komentar yang baik dan tidak melakukan seruan atau ajakan yang sifatnya tidak baik,” kata dia.

Narasumber lain webinar itu, pegiat Kewirausahaan Sosial Yuni Mustani mengatakan tantangan di era digital itu lebih banyak ke persoalan diri sendiri pengguna, bagaimana mengelola dirinya dan kesadaran emosionalnya dalam berinteraksi.

“Pengguna mesti memahami tentang kedewasaan, paham tanggung jawab pribadi dan sosial serta memiliki kemandirian hidup di era digital,” kata dia.

Kemandirian hidup di era digital, ujar Yuni harus memiliki prinsip DIY atau Do It Yourself serta disiplin (self-regulation). Di mana ini semua membutuhkan kecakapan dasar digital.

Webinar ini juga menghadirkan narasumber perwakilan Kemenag Kota Magelang Abdurrosyid, entrepreneur teknologi Erlan Primansyah, serta dimoderatori Dimas Satria juga Sherin Tharia selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article