Senin, November 25, 2024

Milenial cek smartphone rata-rata 150 kali sehari

Must read

Marc Andressen, pendiri Netscape, mesin pencari pertama, menyatakan “digital is eating the world.” Teknologi digital telah memporak-porandakan dunia konvensional. Apa pun yang tidak mengadopsi digital akan ditelan persaingan.

Pernyataan tersebut setidaknya tidak melenceng dari kondisi saat ini. Fakta, rata-rata milenial mengecek smartphone 150 kali sehari dan dilakukan rata-rata 6,5 menit.

“Bahkan di Inggris, orang menghabiskan waktunya di depan smartphone dibanding partner-nya. Milenial tak bisa lepas dari smartphone karena “penyakit” sosial yang disebut FOMO (Fear of missing out) atau takut ketinggalan kabar dan informasi,” ungkap Ibnu Novel Hafidz, Creative Entrepreneur, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (6/10/2021).

General Manager Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini menjelaskan permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini dihadapkan pada keterbatasan jumlah guru terampil. Selain itu, sarana dan prasarana tidak memadai. Tidak hanya minim bahan pembelajaran tetapi juga dana pendidikan mahal. Akibatnya mutu pendidikan rendah.

Diakui, pandemi telah menjadi “bencana kota.” Kota menjadi episentrum penularan virus C19 karena kepadatannya, di mana kontak dan interaksi antar-orang bersifat massif. Traffic offline mati, menyebabkan semua kegiatan termasuk pendidikan juga mati, dalam tanda kutip.

Merujuk survei UNICEF terhadap 4.018 responden di seluruh Indonesia, pendidikan online terkendala 38 persen kurang bimbingan guru, 35 persen akses internet tidak lancar, 7 persen tidak punya gawai yang memadai, 4 persen tidak bisa mengakses aplikasi daring, 3 persen kurang pendampingan orang tua dan selebihnya 13 persen menjawab beragam atau lain-lain.

“Bukan yang besar dan kuat namun yang mampu beradaptasi yang akan menang. Tuntaskan masalah-masalah pendidikan dan beradaptasi dengan disrupsi untuk pendidikan bermutu bagi generasi anak digital,” kata dia.

Narasumber lainnya, Budi Wulandari (Konselor Psikologi Perempuan dan Anak, Pegiat Literasi Digital), mengakui masih banyak pertanyaan mengenai kesiapan orang tua mempersiapkan anak menghadapi era digital saat ini dan era ke depan.

Wulandari sepakat, era digital menyadarkan dunia pendidikan akan arti penting sebuah inovasi yang harus terus menerus dikembangkan dan pendidikan harus mampu memanfaatkan potensi media sosial.

Dipandu moderator Fikri Hadil, webinar bertema “Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital” ini juga menghadirkan narasumber Farid Fitriyadi (Dosen Informatika Universitas Sahid Surakarta), Reza Sukma Nugraha (Dosen UNS), Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Nindy Gita (Professional Public Speaker) sebagai Key Opinion Leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article