Minggu, November 24, 2024

Perang tafsir di ruang digital

Must read

Aktivitas dakwah saat ini berhadapan dengan cepatnya arus transformasi digital. Dalam konteks transformasi digital saat ini, dakwah perlu mempertimbangkan sejumlah hal agar tujuan yang diinginkan tercapai.

“Dakwah perlu dipahami dulu sebagai aktivitas ajakan melalui lisan, tulisan, tingkah laku teladan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar timbul pengertian, kesadaran sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama tanpa unsur paksaan,” kata dosen PPS Insuri Murdianto dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (7/7/2021).

Dalam webinar yang menghadirkan narasumber Ahmad Sururi (dosen Universitas Serang), Agus Ulinuha (Wakil Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Sragen), dan Iis Latifah Nuryanto (Dosen UPY PGRI) itu, Murdianto mengatakan, makin luasnya akses ruang digital turut membuka pintu lebih beragamnya tafsir keagamaan.

“Tafsir keagamaan yang muncul di ruang digital ini lebih bebas, namun juga berpotensi menjurus ke tafsir yang ekstrem,” kata Murdianto dalam webinar yang dimoderatori Thommy Rumahorbo dan Hilyani Hidranto sebagai key opinion leader itu.

Ia mencontohkan bagaimana tafsir keagamaan yang beragam itu kemudian diproduksi menjadi konten-konten di sepanjang tahun 2015-2019, lalu diedarkan melalui berbagai platform media sosial.

“Sepanjang 2015-2019 itu seolah terjadi ‘pertempuran nilai’ tafsir keagamaan. Ujungnya, yang semula berkawan menjadi bermusuhan gara-gara konten bernuansa keagamaan yang dibuat,” kata Murdianto.

Lebih jauh, Murdianto menuturkan, pembuatan konten-konten bernuansa keagamaan menjadi tantangan kebangsaan tersendiri di era digital ini.

“Perlu dipahami bersama perkembangan digital membuat dunia seolah tanpa batas, ini membuka peluang inflitrasi isu dan ideologi transnasional dan ekstrem yang berpotensi memicu perbenturan nilai,” tegasnya.

Murdianto mengatakan, hal-hal yang bernuansa keagamaan perlu dipahami jika dijadikan konten akan mempersempit ruang tafsirnya. Ia berharap konten keagamaan bernuansa sejuk. Bukan seperti contoh kartun di Eropa lalu yang akhirnya bisa mengubah situasi mengarah sikap permusuhan.

“Dalam transformasi digital ini penghayatan dan kehidupan keberagaman di Indonesia menjadi hal yang perlu jadi perhatian,” tegas Murdianto.

Dosen UPY PGRI Iis Latifah Nuryanto mengatakan, banyak hal perlu dipahami saat berkomunikasi, termasuk dakwah di ruang digital, khususnya sosial media.

“Perhatikan simbol-simbol yang dipakai saat bermain sosial media dan sopanlah saat berkomunikasi dengan pengguna lain,” kata Iis.

Iis mengungkap etika di ruang digital tak berbeda dengan dunia nyata. Sehingga pengguna perlu memperhatikan benar norma dan budaya yang berlaku.

“Gunakan hashtag/tagar yang baik karena dari hal ini bisa membuat sesuatu kesan yang negatif pula,” kata Iis.

Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Sragen Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.

Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.

Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article