Digital culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Itulah antara lain yang disampaikan Pengajar Pesantren Aswaja Nusantara, Zain Handoko saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital dengan tema ”Hidup Produktif di Era Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (12/11/2021).
Handoko mengungkapkan, dengan adanya perkembangan teknologi ini mendorong adanya perubahan budaya. Beberapa faktor yang menyebabkannya, yakni kontak dengan budaya lain, sistem pendidikan formal yang maju.
”Kemudian sikap menghargai hasil karya orang lain, sistem terbuka dalam lapisan masyarakat, dan ketidakpuasan terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu,” ujarnya.
Handoko mengatakan, perkembangan teknologi yang semakin pesat ini pun bisa dimanfaatkan oleh pengguna agar lebih produktif. Menurutnya, manusia sebagai faktor yang paling fundamental, karena manusia adalah agen perubahan. ”Keberhasilan transformasi digital adalah melalui perilaku dan budaya,” kata dia.
Handoko juga menekankan mengenai pentingnya untuk upgrade skill digital untuk mengikuti perkembangan teknologi. Menurutnya, saat ini pun sudah banyak penyedia jasa untuk memperbarui kemampuan menggunakan teknologi digital.
Narasumber lainnya, Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia, Rizqika Alya Anwar mengatakan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 202,6 juta. Sedangkan untuki pengguna aktif media sosial mencapai 170 juta.
Alya menekankan mengenai pentingnya etika digital bagi pengguna platform digital. Etika digital ini yaitu kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.
Etika dalam kehidupan sehari-hari atau netiquette itu seperti cara berkomunikasi yang baik, sehat dan benar serta dapat diterima di runag digital. ”Intinya kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan,” tuturnya.
Menurut Alya, etika digital ini cukup urgent untuk dimiliki pengguna digital. Beberapa faktor yakni pengguna digital sekalipun berada di dunia maya merupakan manusia.
Kemudian, pengguna internet berasal dari bermacam negara dan budaya, pengguna internet juga merupakan orang yang hidup dalam anonymouse yang mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinterkasi. ”Bermacam fasilitas di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis,” katanya.
Alya juga mengungkapkan perkembangan teknologi ini bisa dimanfaatkan oleh pengguna untuk bisa lebih produktif, yakni mendatangkan, memberikan, maupun manfaat. ”Bernilai produktif berarti menguntungkan,” tuturnya.
Alya menyebut beberapa cara untuk memanfaatkan internet agar bisa memperoleh nilai produktif, seperti dengan menjadi seorang kreator konten, digital marketing, maupun social media specialist. ”Internet bisa dimanfaatkan untuk kita dengan menjadi seorang freelancer,” ucapnya.
Dipandu moderator Safiera Aljufry, webinar yang diikuti sekitar 499 peserta kali ini juga menghadirkan narasumber Arif Hidayat (dosen Universitas Negeri Semarang), Evelyne Henny Lukitasari (dosen dan Praktisi DKV Universitas Sahid Surakarta), dan Finalis Rising Star & Aktris, Iga Azwika, selaku key opinion leader.