Oleh: Kristan, Founder Generasi Muda Khonghucu (GEMAKU)
Ketika Anas Urbaningrum masih menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ia menuliskan opininya bagaimana Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) sebagai pioner organisasi Khonghucu di Indonesia berjuang untuk melawan ketidakadilan penjajah dan menjadi inspirasi Boedi Oetomo.
Untuk itu, saya merasa perlu menuliskan ini agar generasi muda Indonesia mengetahui sejarah kontribusi komunitas Khonghucu pada zaman prakemerdekaan Indonesia.
Sebelum 1908, sudah berdiri organisasi modern pertama di Hindia Belanda, organisasi tersebut ialah Tiong Hoa Hwee Koan. Anas Urbaningrum mendefiniskannya sebagai Rumah Perkumpulan Tionghoa. THHK berdiri pada 17 Maret 1900, oleh beberapa tokoh Tionghoa di Batavia dipimpin Phoa Keng Hek dan Lie Kim Hok.
Tujuan pendirinya, mendorong orang Tionghoa yang bermukim di Hindia Belanda untuk mengenal identitasnya.
Mereka menginginkan masyarakat Tionghoa yang sudah bergenerasi hidup di Hindia Belanda mengenal kebudayaan Tionghoa sehingga bisa bersatu sebagai kelompok masyarakat yang dihormati oleh penjajah Belanda. Kegiatan utama THHK adalah membangun dan membina sekolah berbasis ajaran Khonghucu.
Pada 1901, Tiong Hoa Hwee Koan mendirikan sekolah Tionghoa yang disebut Tiong Hoa Hak Tong. Ini sekolah swasta modern pertama di Hindia Belanda. Ini merupakan reaksi masyarakat Tionghoa di Batavia terhadap Pemerintah Belanda yang diskriminatif terhadap pendidikan anak-anak Tionghoa.
Dalam waktu tiga tahun saja THHK telah sukses membangun sekolah di Malang, Semarang, Surabaya, Pasuruan, Pemalang, Sukabumi, dan Cirebon. Tercatat beberapa yang terkenal adalah THHK Batavia (Bahoa) dan THHK Tegal (Zehoa).
Setelah THHK, hadir pula organisasi modern bagi golongan Timur Asing, peranakan Arab di Hindia-Belanda. Pada 17 Juli 1905 untuk kali pertama golongan peranakan Arab di Hindia mendirikan organisasi modern bernama Jamiat Khaer.
Pendirinya ialah para tokoh Arab di Betawi, seperti Sayid al-Fakhir bin Abdurrahman, Muhamad bin Abdullah Syahab, Idrus bin Ahmad Syahab, dan lainnya, yang kemudian mendirikan sekolah di Pekojan, Tanah Abang, dan Krukut.
Dalam waktu singkat Jamiat Khaer berkembang pesat. Pada 1908 berdiri cabang di Banten, Banyuwangi, dan Teluk Betung. Jamiat Khaer juga berkomunikasi dengan BO dan SI untuk urusan politik. Malah pada 1913 organisasi ini mendirikan NV Setija Oesaha di Surabaya yang bergerak di percetakan dan kemudian menerbitkan Oetoesan Hindia. Semuanya dipercayakan kepada HOS Tjokroaminoto.