Rabu, Desember 25, 2024

Skenario adu domba

Must read

Kelompok Radikal Memanfaatkan Prabowo dan BPN?

Membaca gelagat pemaksaan sepihak yang berlebihan dan konyol, tampaknya Prabowo memang telah berada di bawah pengaruh lingkaran ormas radikal. Ormas-ormas yang selama ini eksistensinya nyaris tiada, kini mengupayakan nasibnya habis-habisan dengan memanfaatkan Prabowo.

Kondisi psikologis mereka sudah berada pada titik nadir, dengan mentalitas zero sum game. “Kami harus tetap eksis, atau kita semua mati bersama-sama”. Kira-kira seperti itu.

Saya menduga, yang mereka incar adalah bentrokan horizontal. Dengan memanfaatkan momentum politik, dan terutama Prabowo. Soal “memperjuangkan” kemenangan Prabowo, itu cuma kedok. Mereka sendiri tahu Prabowo kalah. Tetapi mereka perlu figur, yang bisa dikompori dan dipakai sebagai maskot.

Saya juga curiga, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo kini telah disabotase. Sekarang yang berbicara dan berdiri mengatasnamakan BPN adalah orang-orang dari kelompok GNPF. Maka dari itu, saya tidak ingin terkecoh lewat jubir-jubir yang mengatasnamakan BPN, tetapi ternyata berlatar belakang dari kelompok seperti FPI, FUI, HTI, GNPF.

Ternyata setelah ditelusuri, orang-orang yang mengatasnamakan BPN itu adalah orang yang itu-itu lagi. Orang-orang yang dahulu teriak melawan pemerintah karena ormasnya terindikasi radikal dan anarkis. Substansinya sama, hanya bajunya saja yang kini berbeda. Dan baju baru itu bernama BPN Prabowo.

Melarang Upaya Pertemuan Kedua Kubu

Yusuf Martak sebagai salah satu anggota BPN berlatar belakang GNPF menolak upaya pertemuan antar kubu 01 dan 02. Saya khawatir, kelompok ini secara sengaja berusaha mengisolir Prabowo, sambil terus mengompori delusinya. Selain karena halusinasi kejiwaan Prabowo sudah terlalu akut, kelompok ini sepertinya enggan kehilangan satu-satunya bidak terakhir dari upaya eksistensi mereka.

Saya menebak, mereka sedang berupaya meningkatkan eskalasi dari polarisasi publik pasca pemilu. Dimulai dari atas, hingga kepada akar rumput. Tujuan yang mereka sasar adalah benturan horizontal.

Sekali lagi, pandainya mereka adalah tidak maju dengan “baju” mereka yang lama (yaitu label ormas mereka), melainkan lewat “baju” baru BPN, dan terutama, Prabowo. Sebab di akar rumput lebih banyak simpatisan Prabowo ketimbang simpatisan FPI, atau HTI, atau FPI, dan seterusnya.

Jikalau kedua kubu sampai bertemu dan menurunkan tensi ketegangan, niscaya jalan terakhir mereka untuk menaikan posisi tawar menjadi sirna. Kembali kepada zero sum game tadi, skenario terbaik mereka adalah pemerintah/kubu pemenang pemilu mengalah dan meneken deal yang menguntungkan keberadaan kelompok ini.

Sedangkan untuk skenario terburuk, mereka sendiri akan tersingkir dari kubu 02. Bila skenario ini terjadi kepada mereka yang telah putus asa, sepertinya “lebih baik buat hancur saja sekalian” menjadi opsi yang mungkin diambil.

Tapi untuk kondisi paling putus asa ini sekalipun, mereka tetap memiliki kesulitan utama; logistik. Mereka akan setengah mati mencari penyandang dana yang berani, sanggup dan rela untuk mendanai aksi “bunuh diri” mereka dalam skala masif.

Dari sudut pandang inilah saya menarik kesimpulan, tidak heran bila mereka mati-matian menempel Prabowo. Mereka tidak akan pernah sedetikpun membiarkan Prabowo lepas dari kontrol mereka. Dan BPN adalah wadah yang strategis untuk menyetir Prabowo. Sebab anggota BPN memiliki akses langsung kepada sang bidak. Pertimbangan-pertimbangan BPN akan cukup banyak memengaruhi keputusan, sikap, dan bahkan, kejiwaan Prabowo.

BPN Prabowo Disabotase?

Akhir kata dari saya bagi para pembaca. Sebagai masyarakat akar rumput, kini kita mulai bisa melihat dengan lebih jernih. Ini bukan lagi soal perselisihan antara kubu 01 dengan 02. Bukan lagi soal perbedaan pilihan politik. Fenomena kisruh yang sekarang sedang terjadi ini adalah karena kelompok radikal anarkis lama yang sedang memakai baju baru. Kebetulan, bidaknya juga ambisius, emosional dan delusional.

Delusi Prabowo menjadi pertaruhan terakhir kelompok radikal ini. Saya jamin, mereka tidak akan pernah melepas Prabowo. Untungnya pula bagi mereka, inner circle Prabowo yang dari dulu juga ikut membesarkan halusinasi beliau kini sudah tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka sudah berada pada titik di mana mereka tidak bisa kembali lagi. Tak ada lagi jalan berputar.

Saya yakin orang-orang dekat Prabowo kini hanya tinggal mempunyai dua opsi. Ikut terjun bermain, atau menyingkir diam-diam. Sebab kemudi kini tak dipegang lagi oleh mereka. Melainkan oleh kelompok-kelompok yang tadinya tak pernah mereka sangka.

Awalnya mereka mengira bahwa kelompok tersebut hanyalah tunggangan mereka. Kini, yang terjadi malah sebaliknya. Merekalah yang balik ditunggangi oleh “tunggangan” mereka sendiri. Naas.

Kan dulu sudah dibilang, jangan bermain dengan api Pak. Kelompok radikal itu bukan anak yang jinak.

Nikki Tirta

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article