Oleh Made Supriatna
Dari dulu saya sudah berpikiran bahwa unicorn dan start-up yang didirikan banyak belia-belia millenial ini bukan sesuatu yang nyata. Saya melihat para pendiri perusahan sejenis ini, entah dia anak orang kaya banget atau dia menjalankan uang orang kaya banget.
Masalah paling besar jika Anda mendirikan perusahan adalah: modal. Taruhlah misalnya kalau Anda ingin mendirikan toko kelontong. Anda harus punya modal. Anda boleh punya rencana dan desain untuk bikin toko di lokasi strategis, dengan pintu masuk model tertentu, warna tertentu, membidik konsumen tertentu. Tapi kalau Anda tidak ada akses ke modal, semua itu tidak akan jalan.
Dalam ekonomi yang sangat globalistik sekarang ini, modal inilah yang paling sulit dideteksi. Anda mungkin sudah bersorak-sorak dan nasionalisme Anda sudah menggelembung “bahwa ada anak negeri yang membawa perusahan Indonesia ke dunia internasional.” Nanti dulu. Lihat dulu duit siapa yang dijalankan perusahan itu.
Laporan dari Kontan ini menyoroti persis soal itu. RuangGuru, perusahan yang mendapat kontrak untuk menjadi salah satu penyedia konten latihan online peserta kartu Prakerja ternyata dimiliki oleh perusahan Singapore. Perusahan induknya ternyata menyemai ratusan juta dollar untuk menumbuhkan berbagai macam “start-up” di Asia Tenggara.
Apakah salah kalau perusahan seperti RuangGuru itu punya asing? Sama sekali tidak. Yang sama sekali salah adalah menjualnya dengan bumbu nasionalisme sehingga “pekerja’-nya di Indonesia bisa masuk ke lingkaran dalam kekuasaan. Mungkin dia sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan kontrak. Namun tetap saja, kehadiran dia di pusat kekuasaan menimbulkan persepsi bahwa kontrak yang dia dapatkan adalah karena kolusi.
Juga, dia mendapatkan posisi sebagai staf khusus karena posisi dia sebagai CEO RuangGuru. Nama perusahan ini sangat mulia. Dia dianggap membantu pendidikan Indonesia. Bahkan tidak sedikit persepsi bahwa dia perusahan ini berfungsi sebagai lembaga nirlaba. Padahal sesungguhnya yang dia lakukan sepenuhnya didorong oleh kepentingan mencari untung. Dan RuangGuru pun sejatinya adalah perusahan penanaman modal asing (PMA).
Mungkin sekarang saatnya untuk melihat secara lebih mendalam semua elit-elit millenials ini. Apakah mereka benar-benar ada seperti yang sering digambarkan?
Made Supriatna, pengamat sosial politik