Terapi musik, jadi bagian layanan klinik estetik dan keindahan
Sejak lahir ke dunia manusia sudah mulai mengenal musik. Bahkan saat masih berupa janin, kekuatan musik yang diperdengarkan melalui bantuan “ibunya” sudah mampu merangsang bertumbuhnya sel-sel otak, termasuk meningkatkan kecerdasan intelegensia seseorang, yang disebut sebagai Efek Mozart.
Pernyataan tersebut dikutip dari kajian kepustakaan di Universitas Diponegoro, Semarang, melalui suatu penelitian ilmiah yang dilakukan Frances Rauscher dari Universitas California. Karena itu ketika seorang ibu hamil kerap mendengarkan terapi musik, maka janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan.
Secara umum, musik adalah elemen yang penting dalam kehidupan manusia. Sejak masa lampau musik sudah berperan dalam sejumlah fungsi berdasarkan katagori musiknya. Sedangkan awal mula diperkenalkannya terapi musik, adalah pada Perang Dunia ke-II sebagai upaya memulihkan korban perang.
Kini musik banyak digunakan untuk terapi penyakit mental atau kelumpuhan organ tubuh. Musik juga dapat berguna untuk menyegarkan sejenak sistem pola otak setelah lama dimanfaatkan saat bekerja.
Itu sebabnya sebagai “satu tempat terpadu – one stop place for aesthetics and wellness yang menggabungkan semua kebutuhan pelanggan, termasuk juga kebutuhan merasa rileks setelah seharian beraktivitas, Dermalounge Clinic yang ada di seputaran Jl. Darmawangsa, Jakarta Selatan, akan menawarkan ‘musical healing,’ – terapi musik dari Nusantara Indonesia.
Seperti dikemukakan oleh Nancy Weber selaku founder Dermalounge, musisi yang nantinya akan mengisi therapy music healing tersebut adalah pianis musik klasik Indonesia, Ananda Sukarlan, yang kini menetap bergantian di Jakarta maupun Spanyol.
Musisi kelahiran Jakarta, 53 tahun silam ini dikenal sebagai pianis, komponis, pendidik, penulis dan aktivis kebudayaan. Ia membuat musik bagi anak-anak difabel di Spanyol, dan di Indonesia ia mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI).
Saat berkesempatan bermain piano di Dermalounge beberapa waktu yang lalu, Ananda yang sejak usia usia 5 tahun sudah mulai bermain piano, menyampaikan bahwa musik memiliki kekuatan untuk menyembuhkan (healing) karena dapat mengeksplorasi emosi melalui pengalaman katartis.
Menurut pianis dan satu-satunya orang Indonesia yang masuk dalam buku “The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century,” ini, musik dipertimbangkan menjadi satu elemen yang menghasilkan banyak kesenangan dalam hidup. Karena dengan mendengarkan musik, maka dapat melepaskan dophamine di otak, seperti halnya makanan, kegiatan seks, latihan fisik, dan obat-obatan terlarang.
Hal tersebut terjadi melalui transmisi otak yang berperan penting dalam fungsi kognisi, emosional, dan tingkah laku. Semuanya akan menjadi stimulasi yang dibentuk oleh struktur otak, yang mengatur respons psikologis dan megarah kepada stimulasi emosional.
Ananda menegaskan kembali sejak kita masih bayi, atau di masa persiapan. bulan-bulan pertama kehidupan, kita mendengarkan musik, karena memiliki kemampuan untuk merespons melodi, sebelum mengalami komunikasi verbal dari orang tua kita.
“Musik yang lembut akan menjadikan mereka rileks. Contohnya bayi yang terlahir prematur dan tidak dapat tidur, membutuhkan degupan jantung ibu mereka maupun bentuk suara yang menyerupainya. Namun apakah semua jenis musik, masuk dalam kategori jenis ini, sehingga akhirnya, apakah terminologi relaxing sama dengan healing,” jelas Ananda yang menimba studi musiknya di Amerika Serikat dan Belanda.
Komponis yang karyanya telah banyak dimainkan di Benua Amerika dan Eropa ini juga menuturkan, ”Musik harus merefleksikan tujuan untuk penyembuhan (pemulihan). Musik juga harus disajikan sebagai katarsis dari penderitaan (kegelisahan) kita.
Tetapi sebaiknya kita juga rileks ketika mendengarkan musik. Mulai dari gelombang Beta selanjutnya masuk pada gelombang Alpha di otak kita, dan secara rileks, kita dapat merasa mimpi tetapi dalam kondisi sadar (lucid dream), serta tenang. Situasinya berlaku seperti saat kita berada dalam kondisi mendekati gelombang Theta, yakni pada waktu melakukan meditasi.”
Kajian kepustakaan di Universitas Diponegoro, Semarang juga menegaskan, musik untuk healing yang ada di klinik kecantikan, didefinisikan termasuk dalam terapi musik.
Dengan diperdengarkan musik terapi di klinik kecantikan, maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas fisik dan mental para tamu dan pelanggan, lewat suara yang dihasilkan secara berkualitas baik dalam bentuk melodi, ritme, harmoni, timbre.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual.
Ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu ber-irama. Contohnya nafas kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya berulang dan berirama.
Terapi musik bersifat universal dan bisa diterima semua orang, tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Alirannya sangat mudah diterima organ pendengaran, kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh manusia. Berbagai bentuk dan gaya diorganisir sedemikian rupa, sehingga tercipta musik yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.