Pembelajaran secara online di masa pandemi memaksa para siswa dan mahasiswa untuk bertransformasi dalam belajar. Berbagai macam metode pembelajaran online telah dilakukan untuk memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan. Media yang digunakan oleh guru, dosen, murid, dan mahasiswa pun sudah beragam. Akan tetapi praktik dari pembelajaran online bukan berjalan tanpa tantangan.
Tantangan pertama yang dihadapi oleh para pelaku pembelajaran adalah adanya digital divide. Digital divide terjadi karena adanya ketimpangan antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Perbedaan kemudahan akses dan perbedaan kapasitas dan kualitas sarana menjadikan KBM menemui banyak hambatan.
”Ada sebagian dari masyarakat kita yang memang belum memiliki akses dan sarana yang memadai untuk menunjang pembelajaran online,” ujar Ali Formen, dosen Universitas Negeri Semarang dalam webinar literasi digital yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Semarang pada 17 Juni lalu.
Menyambung adanya digital divide, pembelajaran online menuntut adanya kecakapan digital dari para pengajar dan muridnya. Kecakapan tersebut wajib dimiliki untuk menunjang KBM yang memerlukan banyak media dan kemampuan mengolah data yang cukup.
”Pemahaman dalam mengoperasikan perangkat pembelajaran perlu dimiliki oleh guru dan murid untuk meningkatkan kualitas pembelajaran online,” kata Achmad Uzair, Kepala Staf Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam webinar bertema ”Tantangan Pembelajaran melalui Pendidikan Online”. Uzair juga membagikan beberapa aplikasi pendukung pembelajaran online seperti Google Classroom, Google Lens, dan Google Scholar yang bisa digunakan untuk meningkatkan capaian pembelajaran online.
Harus diakui pula, pembelajaran online telah membuat interaksi antara murid dan pengajar menjadi berkurang. Akibatnya, terjadi learning lag yang kemudian menyebabkan adanya penurunan kualitas pembelajaran. Selain itu, proses adaptasi yang cukup lama menjadikan diskusi antara murid dan guru menjadi tersendat atau mungkin hilang dalam KBM.
”Pembelajaran secara online menghilangkan interaksi dan proses bertukar pikiran antara guru dan murid yang menyebabkan hilangnya nilai dalam KBM,” tegas Ali dalam webinar yang dipandu oleh moderator Rio Siswanto itu.
Tantangan lain dalam pembelajaran online adalah orangtua yang tidak mendukung proses KBM. Orangtua memiliki peran yang penting dalam pembelajaran online sebagai co-educator. Pembelajaran online menuntut orangtua untuk hadir dan membantu anak-anaknya dalam belajar di rumah agar tercipta kondisi yang mendukung dan harmonis.
Defisit perspektif yang terjadi antara guru dan orangtua juga hendaknya dihindari agar substansi utama pembelajaran online mampu tercapai. ”Apabila orangtua dan guru saling mendefisit satu sama lain, maka pembelajaran online yang sesuai harapan tidak akan pernah tercapai,” tegas Ali.
Pada paparannya Ali juga membahas mengenai isu etis yang terjadi di mana salah satu tantangan dari pembelajaran online adalah adanya dominasi data. Pembelajaran online memungkinkan murid mengakses segala macam data yang dibutuhkan untuk menunjang KBM. Murid pun harus memahami bagaimana cara mengolah dan mendiskusikan data secara etis dalam KBM.
Pembelajaran secara online mengandung unsur fleksibilitas, di mana murid dan pengajar mampu melakukannya di mana saja dan kapan saja. Fleksibilitas dalam pembelajaran online pada saat yang sama menjadikan kita diamati secara terus menerus. Pengamatan dan pembatasan waktu yang ada pada pembelajaran online secara tidak langsung telah menghilangkan privasi pengajar dan murid. Lebih parahnya lagi, pembelajaran online yang penuh dengan pengawasan akan mengganggu kesehatan rohani para pengajar dan murid.
Peraturan kelas yang baru juga menjadi tantangan dalam pembelajaran online. Tidak adanya interaksi langsung antara pengajar dan murid menuntut adanya transformasi dalam berperilaku di kelas online. Sebuah dilema juga terjadi saat, di satu sisi guru harus berprasangka baik kepada murid yang mungkin mengalami gangguan teknis dalam KBM dan, di sisi lain, murid yang memang tidak memperhatikan proses KBM.
”Saya harus khusnudzon sama mahasiswa, meskipun saya juga curiga mereka semua di mana saat off cam” Untuk diketahui, kegiatan webinar literasi digital ini bertujuan mendukung adanya transformasi dalam pembelajaran online di Indonesia. Webinar untuk masyarakat Kota Semarang ini juga menghadirkan narasumber lain: Dr. M. Thoboroni (Univ. Borneo), Nanik Lestari (UGM) dan Nadia Intan selaku key opinion leader.