Webinar literasi digital Kementerian Kominfo yang digelar untuk masyarakat Kota Tegal – Jawa Tengah, 8 Juni lalu, mengusung tema ”Manusia yang Berbudaya dalam Pergaulan di Dunia Maya”. Namun, salah satu bahasan yang menarik mengerucut ke isu seputar aspek keamanan dalam pergaulan di jagat digital.
Dipandu moderator Rio Siswanto, webinar gelaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kali ini menghadirkan empat narasumber: Ismita Saputri (Kaizen Room), Trisno Sakti Herwanto (dosen Universtas Katolik Parahiyangan), Achmad Uzair (Director Office of International Affair), dan Fatkhurohman (Pemred Radar Tegal). Keempat pembicara memaparkan kajian dari empat sudut pandang: digital safety, digital culture, digital skills, dan digital ethics.
Kajian dari sudut pandang keamanan digital diawali Ismita Saputri saat menguraikan empat karakteristik masyarakat digital (digital safety). Keempat karakteristik tersebut, pertama, cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur. Alasannya, tersedia beberapa opsi.
Karakteristik kedua, senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial. Kemudian, ketiga, terbiasa belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari. ”Masyarakat digital lebih senang mencari sendiri konten atau informasi yang diinginkan,” kata Ismita.
Dan karakteristik keempat, tidak ragu men-download dan meng-upload. Mereka merasa tidak eksis bila tidak meng-upload. ”Intinya, mereka aktif berinteraksi di media sosial, berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama.”
Usai mengurai karakteristik masyarakat digital, Ismita lantas menjelaskan apa itu keamanan berdigital dan apa pula urgensinya. Menurut dosen manajemen dan akuntansi di sebuah perguruan tinggi di Jakarta ini, yang dimaksud dengan digital safety adalah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
”Tujuannya adalah untuk berkegiatan positif dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, serta lebih bijak dalam menggunakan fasilitas tersebut,” ujar business coach dari Rumah Siap Kerja ini.
Ismita berpendapat, digital safety atau keamanan online diperlukan karena maraknya aktivitas digital mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki.
”Selain itu, digital safety juga membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, di samping karena transaksi daring mulai menjadi kebiasaan baru,” tutur Ismita. Karena kebiasaan-kebiasan baru tersebut menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital. Teknologi pun menjadi incaran upaya peretasan.
Terkait itu, Ismita lantas memberikan tips singkat keamanan digital, yang ia sebut dengan istilah tip JAGA. Yakni, jurus menangkal kejahatan digital dengan menerapkan JAGA yang merupakan singkatan dari Jangan asal transfer uang ke siapa pun, Amankan data pribadi (OTP, nomor kartu ATM/debit/kredit, PIN, dll), Gunakan identifikasi, dan Adukan hal yang mencurigakan.
Terakhir, di ujung paparannya, Ismita Saputri menguraikan beberapa cara aman dalam berinternet. Pertama, selalu logout setelah masuk ke jejaring media sosial atau akun pribadi. Contoh, melakukan logout setelah membuka email di perangkat mana pun. Kedua, aktifkan pengaturan privasi di akun pribadi. Contoh, memberi kata sandi di setiap aplikasi media sosial yang kita miliki agar sembarang orang tidak bisa membukanya.
Ketiga, buatlah susunan password yang rumit dan kuat. Keempat, menjelajahi informasi di internet dengan aman dengan hanya membuka situs yang terpercaya. Jangan membuka web yang tidak dikenal atau link aneh yang justru bisa membuat informasi atau data pribadi dicuri. Kelima, hapus history penelusuran internet agar orang lain tak bisa cari tahu apa yang dicari sebelumnya. Dan keenam, meminimalisasi penggunaan wifi gratisan, apalagi saat melakukan transaksi online.