Jumat, November 8, 2024

Jadi digital content creator ala desa? Kenapa tidak?!

Must read

Era digital menawarkan banyak jenis profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Menciptakan beragam konten digital dengan berbagai genre dan tujuan adalah sebuah profesi baru yang disebut digital content creator. Seperti pada profesi lain, digital content creator juga memiliki beberapa prinsip dan dasar keahlian yang harus dimiliki. Keahlian tersebut umumnya bisa diasah dengan seiring berjalannya waktu dan pengalaman.

Profesi digital content creator mungkin terdengar sebagai profesi yang digeluti oleh kaum urban. Akses internet yang merata ke seluruh pelosok desa menjadikan masyarakat Indonesia terinspirasi untuk menjadi digital content creator. Profesi ini dilihat oleh sebagian masyarakat desa sebagai suatu peluang menjanjikan.

Peluang menjadi digital content creator ala desa bukan tanpa risiko. Risiko yang mungkin muncul, antara lain, persaingan yang sengit antar-digital content creator. Permasalahan hak cipta juga mengancam profesi ini, karena ide yang dimiliki bisa direbut atau disalahgunakan oleh pihak lain.

”Kunci utama dalam profesi digital content creator adalah keuletan yang luar biasa,” ujar Dr. Ahmad Ibrahim, dosen SKSG UI dalam webinar literasi digital yang dihelat oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Debindo untuk masyarakat Kabupaten Tegal, 17 Juni lalu.

Dalam paparannya, Ibrahim juga menjelaskan beberapa peluang digital content creator melalui beberapa aplikasi populer. Untuk masyarakat desa yang memiliki ketertarikan pada konten video bisa memanfaatkan Youtube dengan berbagai macam ide konten menarik. Apabila tertarik dengan konten gambar atau foto bisa memanfaatkan aplikasi shutterstock.

Dengan berbagai konten menarik yang ada di desa, profesi digital content creator menjadi sangat menyenangkan untuk dijalani. ”Untuk masyarakat Tegal, mungkin bisa mulai mengeksplor berbagai macam hal tentang kuliner, tempat-tempat atau hal menarik lainnya,” ujar Ibrahim pada webinar yang dipandu oleh Young Power ini.

Sebagai studi kasus, Ibrahim mencontohkan akun Youtube Lemirah sebagai salah satu akun yang dikelola oleh beberapa warga Kabupaten Bogor. Akun ini berisi berbagai konten video tempat menarik dan sejarah yang terdapat di seputar Bogor. Akun tersebut telah mendapatkan izin monetisasi dari Youtube, sehingga bisa dikatakan telah bernilai rupiah. ”Akun ini bekerja keras untuk mendapatkan monetisasi yang bisa menguntungkan dari konten video eksplorasi daerah,” tegas Ibrahim.

Pada akhir paparannya, Ahmad Ibrahim berpesan kepada masyarakat Tegal bahwa digital content creator adalah profesi yang menjanjikan. Dengan mengeksplorasi gagasan dan ide dari berbagai potensi Kabupaten Tegal, masyarakat bisa menjadi digital content creator yang unik dan menarik. ”Dari contoh ini, semoga bisa menjadi gagasan untuk mengeksplorasi wilayah Tegal untuk jadi bahan konten yang menarik,” pungkasnya.

Sejalan dengan pesan Ahmad Ibrahim di akhir paparan, Nadia Intan – key opinion leader dalam webinar ini – juga percaya apabila masyarakat telah memiliki role model-nya masing- masing, maka kecenderungan untuk meniru pasti akan ada. ”Kalau ada satu-dua orang yang cakap dalam konten digital, pasti akan banyak orang yang kemudian meniru,” ujar Nadia.

Dalam konteks digital content creator, terdapat banyak contoh yang bisa digali untuk memunculkan ide baru dalam mengeksplorasi sumber konten digital. Berbagai kekayaan dan potensi dari desa di seluruh Indonesia pada dasarnya bisa digali dan dimanfaatkan untuk menjadi konten digital yang menguntungkan. Sekadar tambahan, kegiatan webinar literasi digital ini bertujuan untuk mendukung adanya transformasi digital Indonesia. Webinar untuk masyarakat Kabupaten Tegal ini juga dihadiri narasumber lain: Fadjarini Sulistiyowati (dosen STPMD ”APMD” Yogyakarta), Dr. E. Nugrahaeni Prananingrum (dosen UNJ) dan seniman Danu Anggada.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article