Kamis, November 7, 2024

Merdeka belajar di era digital, konsep kembangkan minat dan bakat siswa

Must read

Kemandirian belajar merupakan pendekatan dalam dunia pendidikan yang sedang coba diterapkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, untuk mendukung konsep merdeka belajar yang diusungnya. Di era digital, merdeka belajar pun menjadi semakin terasa karena pembatasan pertemuan di ruang kelas. Hal itu dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dengan tema “Pendidikan Online: Era Baru Merdeka Belajar”, Selasa (26/10/2021).

Diskusi dipandu oleh Zacky Ahmad (entertainer) dengan menghadirkan empat narasumber: Hery Nugroho (guru PAI), Muawwin (penulis), Syaekhudin (guru SMP Negeri 1 Kebonagung), Evi Sopandi (peneliti madya puslitbang , pendidikan agama dan keagamaan Kemenag RI). Serta Nanda Candra (musisi) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan tema diskusi dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital ethics, digital skills, digital culture, digital safety.

Guru SMP Negeri 1 Kebonagung Syaekhudin menjelaskan bahwa konsep merdeka belajar sama dengan merdeka berpikir. Artinya seorang guru harus memahami bahwa sebelum menyampaikan kepada murid harus sudah merdeka dalam berpikir terlebih dahulu.

Ia mencontohkan, ketika guru terlalu memikirkan untuk memenuhi kompetensi kurikulum dan RPP justru cenderung lupa untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Akibatnya pembelajaran tidak diterima murid dengan optimal.

Teknologi memungkinkan siswa belajar secara online sambil tetap berinteraksi dengan teman sekelas, misalnya dalam diskusi. Di merdeka belajar, melalui berbagai cara seluruh kemampuan siswa dapat dikembangkan dan dilakukan sesuai keinginan anak. Tantangannya adalah guru harus mampu memahami setiap siswanya.

“Oleh sebab itu dalam konsep merdeka belajar harus ada penguatan karakter. Pendidikan karakter dapat mempengaruhi cara berpikir masyarakat dalam memanfaatkan segala arus informasi. Membudayakan pemakaian media secara bijak menjadi penting, sehingga diharapkan anak didik bisa membuat budaya di ruang digital sama dengan di dunia nyata yang terkenal dengan budaya adiluhung ketimuran. Dari apa yang kita lakukan di dunia virtual nanti akan membentuk budaya dan itu menjadi ciri khas bangsa,” jelas Syaekhudin.

Dalam konteks keindonesiaan, budaya yang mesti diterapkan sebagai penguatan karakter siswa dalam pembelajaran daring adalah mempertahankan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian. Yaitu bagaimana memahami nilai cinta kasih dan saling menghormati terhadap perbedaan, kemudian ada rasa toleransi dan tenggang rasa dalam memperlakukan individu atau kelompok lain.

“Ada juga nilai harmoni di mana kita bisa menjaga kepentingan bersama, demokratis dan mengakui kemajemukan, tidak memaksakan kehendak, mempunyai prinsip kekeluargaan dan peduli dengan sesama,” imbuhnya.

Evi Sopandi dari tim peneliti madya Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI, menambahkan, akar dari merdeka belajar adalah tentang kemandirian dan kemerdekaan dalam belajar. Yaitu, fokus bagaimana membangun sikap keaktifan, inisiatif, dan ketekunan dalam belajar. Sedangkan kemerdekaan belajar adalah upaya mendorong kemampuan minat dan bakat peserta didik.

“Sekarang pendidik dan peserta didik memiliki dukungan teknologi yang memadai, dan ini membuat proses pembelajaran menjadi mudah dan fleksibel. Pembelajaran secara dua arah memberikan peluang kepada siswa untuk yang pada akhirnya mendorong kemandirian siswa dalam memberikan tanggapan dan mencari sumber referensi belajar,” jelas Evi Sopandi.

Namun, tantangan di era digital ini adalah keamanan digital. Insan pendidikan yang sekaligus sebagai warganet harus berhati-hati khususnya dalam hal keamanan digital pribadi. Artinya mereka juga dituntut untuk memahami privasi dan batas-batas privasi, juga jenis-jenis data pribadi yang harus dikelola.

“Perlindungan privasi sebenarnya adalah strategi mengelola data pribadi dengan bijak dan cerdas. Berhati-hati dengan serangan digital yang memangsa data pribadi. Pilih kata sandi yang dan kuat, mengaktifkan autentikasi dua langkah. Tidak menggunakan wifi publik untuk mengakses akun yang berisikan data penting dan sensitif. Dan menggunakan layanan pemberitahuan pelanggaran data untuk mengetahui apakah detail informasi kita telah dicuri dalam pelanggaran data,” pesannya.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article