Tren pendidikan saat ini telah banyak memanfaatkan teknologi sebagai sarana pembelajaran. Dalam adaptasi baru ini, guru menjadi orang terdepan yang harus sudah berubah dengan cepat sehingga dapat menyesuaikan diri untuk terampil belajar daring. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Selasa (26/10/2021).
Ayu Perwari (penari tradisional) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Mohamad Faojin (pengawas sekolah madya PAI), Jafar Ahmad (Direktur Lembaga Survey IDEA Institut Indonesia), Ahmad Taufik (guru PAI), Femikhirana Widjaja (digital marketing strategist). Serta Cyntia Ardila YM (entertainer) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan tema diskusi dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital ethics, digital skills, digital culture, digital safety.
Femikhirana Widjaja menjelaskan dalam proses pembelajaran daring dan adaptasi penggunaan teknologi digital ada beberapa hal yang harus disadari. Salah satunya adalah ancaman keamanan yang dapat disebabkan karena kebiasaan-kebiasan penggunanya, karena pada dasarnya tidak ada keamanan yang seratus persen terjamin keamanannya di ruang digital.
Sekali masuk ke ruang digital, seseorang pasti akan diminta memasukkan identitas. Nah identitas tersebut yang harus dijaga agar meskipun diketahui orang, namun tidak mudah disalahgunakan. Ia mengibaratkan alamat rumah sebagai yang diketahui publik, belum tentu orang lain bisa masuk karena rumah tersebut dilindungi dengan keamanan kunci.
Tapi, kebiasaan di ruang digital juga tanpa sadar dapat mengancam terjadinya hal-hal tak diinginkan. Misalnya mengisi data pada link kuis yang tidak jelas asal usulnya, karena kebutuhan hiburan ini kewaspadaan kita turun padahal mungkin saja link tersebut hanyalah sebuah pancingan untuk mencuri data pribadi. Menggunakan wifi gratis di tempat umum. Ini kita harus waspada juga melakukan login e-mail apalagi transaksi jual beli, e-banking. Jika harus membutuhkan login dan password gunakan data pribadi.
“Kebiasaan lainnya adalah tidak mengganti password secara berkala, menggunakan satu e-mail untuk segala keperluan. Kebiasaan ini harus dirubah karena ketika satu akun diretas bisa mempengaruhi akses ke akun lainnya, apalagi jika hanya menggunakan satu password yang sama. Tidak membuat pengamanan berganda atau two factor authentication yang sebenarnya sangat penting untuk memberikan tingkat keamanan lebih sulit untuk diakses orang lain,” urai Femikhirana tentang kebiasaan buruk di medsos.
Maka setiap pengguna media digital juga harus punya kebiasaan untuk melindungi data pribadi. Yaitu dengan cara memproteksi akun dengan password yang kuat, memisahkan penggunaan email berdasarkan keperluannya, lebih teliti sebelum mengisikan data. Hidup sopan dan bersih di ruang digital.
Jafar Ahmad menambahkan bahwa ada atau tidak adanya pandemi tetap akan membawa sistem pendidikan dengan memanfaatkan ruang virtual. Pandemi memaksa kita masuk ke dunia daring lebih cepat, namun bagi guru yang perlu diingat adalah baik online maupun offline ada prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pemberlajaran.
Pertama bahwa daring atau luring kehadiran guru sebagai pembimbing adalah sebuah keharusan.
Kehadiran guru adalah untuk memastikan orientasi belajar tidak salah, dan murid tidak tersesat pada pemahaman yang keliru. Ketika menggunakan platform belajar daring, maka tugas guru adalah mengarahkan pada platform yang otentifikasinya jelas.
“Prinsip belajar yang mesti dipahami adalah bahwa belajar itu mesti menyenangkan, dan bagi anak-anak yang menyenangkan itu adalah bermain. Maka tugas guru sebagai pendidik adalah mampu mentransformasikan materi menjadi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan kontekstual,” terang Jafar Ahmad.
Generasi milenial dan selanjutnya memiliki karakter yang lebih menyukai konten audio visual, hal ini sebenarnya sekaligus menjadi titik lemah mereka. Tugas guru dalam memenuhi hal ini adalah beradaptasi dan meningkatkan kecakapan digital. Misalnya memanfaatkan platform media sosial untuk pembelajaran.
“Singkatnya prinsip dasar sebagai pendidik harus kita pahami prinsip pembelajaran dengan mencocokkan karakter murid. Para guru harus bisa memilih teknologi mana yang bisa dikuasai sekaligus menjadi media pembelajaran,” pungkasnya.