“Pemain dasarnya punya talenta, tapi itu kalo tidak diasah, tidak diarahkan, pemain tidak akan tahu cara bermain yang baik. Nah itu kan butuh seorang pelatih untuk mengajarkan dan mengatur, Karena pelatih punya pengalaman atau mungkin dia sekolah, punya ilmu, oleh karena itu seorang pelatih sangat penting dalam sebuah tim. Selain pelatih jadi kunci, hal penting lainnya adalah manajemen. Manajemen sepak bola nasional. Kalau kita mengejar naturalisasi pemain, apa juga penting untuk naturalisasi pengurus?”
Saat ditanyakan oleh Host Nick, mengapa harus ke Jerman, Val yang pernah melatih anak-anak di Serpong FC dan Sams Soccer Academy menjawab, “Karena Klopp, Hansi, Tuchel. The decision I made in January 2022. At that time the last 3 Champions League winners are Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, Hansi Flick. Saya juga dengar karakter orang Jerman yang straight, details dan jarang memuji.”
Lebih jauh Val menuturkan bahwa awalnya dirinya punya hobi mengikuti statistik sepak bola, mengikuti kiprah Garuda Select, serta terinspirasi oleh coach Dani Suryadi yang saat ini melatih klub Como 1907 FC di Italia. Beliau orang pertama yang saya tau ambil lisensi di Inggris. Kenyataan ini membuat dirinya berfikir mengapa pemainnya saja yang kesana, seandainya bisa banyak pelatih yang menimba ilmu disana (tempat terbaik) pasti bisa lebih variatif dan berharap bisa memberikan kontribusi terhadap sepak bola Indonesia.
Dalam dunia pendidikan manajemen sepak bola Eropa atau UEFA, ada beberapa lisensi kepelatihan untuk manajer professional, masing-masing berlaku untuk kepelatihan tingkat tertentu. Ini termasuk Lisensi UEFA A Pro, Lisensi UEFA A, dan Lisensi UEFA B dan seterusnya. Mereka dikeluarkan oleh federasi sepak bola masing-masing negara anggota UEFA (Eropa) dan berlaku untuk durasi selama tiga tahun dari lisensi itu diterbitkan.
Lisensi Pro UEFA adalah sertifikasi pembinaan tertinggi yang tersedia di Eropa dan umumnya mengikuti penyelesaian lisensi ‘B’ dan ‘A’. Sementara B – trainer/Lisensi UEFA B adalah satu tingkat di bawah Lisensi UEFA A, dan memungkinkan pemegangnya menjadi pelatih kepala klub amatir pria, tim yunior, dan asisten pelatih untuk klub profesional.
Val menyampaikan, “Saat ini total di kelas ada 38 peserta, 30% berasal dari klub-klub sekitar Jerman, sisanya dari negara-negara lain. Saya jadi satu-satunya murid dari Asia. Ini pengalaman yang luar biasa. Kami tidak hanya menjadi dekat di kelas, namun juga saling jadi teman diskusi satu sama lain.”
“Kemarin bahkan kami ramai-ramai mengunjungi stadion Red Bulls Arena di kota Leipzig untuk menyaksikan pertandingan Leipzig VS Leverkusen. Emang susahnya pergi sama pelatih-pelatih handal, sepanjang pertandingan ngebahas formasi dan hal-hal lain yang bisa di-improve. Teman-teman semua, doain ya suatu saat saya bisa melatih klub junior Jerman buat main di stadion sebesar dan seramai ini.”

Rochi Putiray menuturkan, “Saya kenal Val sekitar setahun yang lalu dan baru 2 minggu yang lalu saya dapat WA dari dia minta doa mau ambil Diploma B di Jerman. Saya pikir ini luar biasa. Ini anak punya nyali dan tekad kuat, di luar juga punya uang untuk itu. Saya sebagai mantan pemain malu, karena ada yang bukan pemain berani berangkat ke sana. Habis ini saya akan tanya-tanya ke Val nih untuk belajar di Eropa. Karena saat ini manajemen kami begitu mendukung pelatih. Apa yang dilakukan oleh Val adalah suatu hal yang luar biasa untuk pelatih-pelatih lokal agar bisa termotivasi.”
“Buat Val jangan menyerah ya, langkah yang kamu buat sangat luar biasa. Kamu tahu risikonya sangat besar. Kamu harus sabar untuk dapat dipakai. Kalau kamu niatnya untuk mengembangkan sepak bola pasti ada jalan, tetap semangat!” tutup Rochi.