Emotional intelligence atau kecerdasan emosional yang rendah mengacu pada ketidakmampuan memahami emosi secara akurat. Ke dalam diri sendiri maupun liyan. Ketidakmampuan ini akan tertuang dalam pemikiran, perkataan, atau perbuatan yang dilakukan.
Dilansir dari laman Very Well Mind, kecerdasan emosional atau EQ pada dasarnya penting dalam setiap aspek kehidupan. Banyak ahli mempercayai EQ lebih penting daripada intelligence quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual, dalam menentukan kesuksesan hidup secara keseluruhan.
Memiliki EQ rendah bukan hanya dapat berdampak negatif pada hubungan interpersonal, tetapi juga kesehatan mental dan fisik. Beberapa tanda klasik pun dapat menjadi ciri seseorang memiliki kecerdasan emosional rendah, termasuk pilihan kalimat.
Mengenai 7 kalimat tanda kecerdasan emosional rendah, Psikolog lulusan Harvard Medical School, Cortney S Warren mengatakan, seseorang dengan kecerdasan emosional baik, dapat diamati dari pilihan kata yang dilontarkan. Hal itu menjadi kunci kesuksesan profesional dan pribadi jangka panjang.
Senada, pilihan kata saat menghadapi situasi tertentu pun, mungkin menjadi tanda seseorang memiliki kecerdasan emosional rendah. Kendati demikian, perlu diingat, kecerdasan emosional dapat dilatih dan ditingkatkan dengan berbagai cara. Berikut sejumlah kalimat yang menjadi tanda kecerdasan emosional rendah:
1. “Aku tidak berubah. Inilah aku.”
Kecerdasan emosional dikaitkan dengan kemampuan untuk berubah sepanjang waktu, seiring seseorang belajar dan tumbuh. Orang dengan kecerdasan emosional rendah sering kali lebih kaku dan akan menolak upaya untuk berubah atau berkembang.
Keyakinan yang kuat memang penting, tetapi keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru juga penting. Alih-alih “tidak berubah”, cobalah untuk mengatakan, “Aku harus lebih memikirkan apa yang kamu katakan. Aku ingin terbuka terhadap masukan, meski sulit untuk didengar.”
2. “Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu.”
Mengabaikan perasaan orang lain secara terang-terangan merupakan tanda rendahnya kecerdasan emosional. Kurangnya empati terhadap orang lain, terutama saat berada di masa sulit, akan mempersulit pengembangan hubungan yang saling menguntungkan dan mendukung di masa depan. Sebagai ganti ketidakpedulian, cobalah untuk merespons dengan kalimat, “Turut prihatin karena kamu merasa kesal. Bagaimana aku bisa membantumu saat ini?”
3. “Gara-gara kamu, aku seperti ini.”
Orang dengan kecerdasan emosional tinggi, tidak akan menyalahkan dunia atau orang lain atas perasaannya. Mereka cenderung memahami bahwa emosi berkaitan dengan cara memandang suatu keadaan secara internal.
Emosi kita bukanlah tanggung jawab orang lain untuk memperbaiki. Itu adalah kesempatan untuk memahami diri sendiri dan menetapkan batasan. Oleh karena itu, sebaiknya menyikapi dengan berkata, “Aku merasa sangat emosional saat ini. Persepsiku tentang situasi ini adalah…”