Oleh Andi Iqbal Burhanuddin
Ceoworld adalah sebuah majalah terbitan April 2024 lalu menempatkan Indonesia sebagai negara ketujuh paling religius di dunia dari 148 negara dengan tingkat religiositas sebesar 98,7%.
Sedangkan Pew Research Centre, sebuah lembaga riset non-profit yang berfokus pada penelitian agama, melakukan survei komitmen terkait seberapa penting agama dalam kehidupan di 102 negara dan dalam laporan di situs resminya 9 Agustus 2024 mendudukkan Indonesia urutan pertama sebagai negara yang memprioritaskan agama dan berdoa setiap hari (Kompas/22/2/2025).
Religiositas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat keimanan dan ketaatan seseorang terhadap agama atau kepercayaan yang dianutnya. Religiositas merupakan inti dan daya agama yang dapat diukur dari beberapa aspek, seperti tingkat kepercayaan, ketaatan praktik keagamaan dan tingkat penghayatan spiritual seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya.
Berabad-abad lamanya agama menjadi menjadi kekuatan yang telah membentuk masyarakat dan memengaruhi kehidupan banyak individu, salah satu nilai yang dipercayai umat manusia sebagai jalan menuju keselamatan.
Negara-negara yang menerapkan ideologi dalam beragama seringkali diharapkan menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam hal kejujuran dan keadilan.
Namun menjadi ironis, predikat Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan religiositas tertinggi di dunia ternyata beririsan dengan predikat-predikat lain yang bertentangan.
Tingkat penyalahgunaan kepercayaan publik secara tidak wajar dan tidak legal untuk mendapatkan keuntungan secara sepihak dan terjebak dengan perilaku tidak adil di Indonesia telah menjelma menjadi budaya yang mengakar dari hulu ke hilir.
Menurut Transparency International, Indonesia menduduki peringkat separuh terbawah dari 180 negara (ke-99 dari 180 negara) dengan Indeks Persepsi Korupsi terendah dalam tahun 2024, dengan skor 37 dari 100 poin. Indonesia juga menjadi negara dengan pemain judi daring terbanyak di dunia (idntimes.com).
Tidak ketinggalan pula tingkat keadaban (civility) warga Indonesia di media sosial yang tidak lagi mencerminkan dengan identitas bangsa yang dikenal ramah dan menjunjung tinggi kesopanan.
Ujaran kebencian, cacian, berita bohong dan hoax menjadi hal yang lumrah yang menunjukkan bahwa kesopanan menjadi barang langka dalam berinteraksi di media sosial.
Microsoft merilis “Indeks Keberadaban Digital” atau “Digital Civility Index” beberapa tahun terakhir ini, Indonesia menempati peringkat terendah dalam hal kesopanan di Asia Tenggara (voaindonesia.com).