Penggunaan aplikasi dalam proses belajar jarak jauh tidak bisa disamaratakan, hal ini disebabkan karena banyaknya aplikasi dan platform digital yang ada di internet. Selain itu juga karena adanya perbedaan karakteristik dan indikator dalam pembelajaran yang membuat media dan metode tidak dapat digeneralisasi.
Pendapat itu disampaikan praktisi pendidikan Adhi Wibowo saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital bertajuk ”Literasi Digital dalam Meningkatkan Pendidik dan Peserta Didik” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (28/10/2021).
Dalam diskusi virtual yang diikuti oleh 250-an peserta itu, Adhi menyebut bahwa Mendikbud Nadiem Makariem telah memberikan kemerdekaan dan kepercayaan kepada para guru dalam menentukan dan mengelola rencana pembelajaran, atau yang lazim disebut Merdeka Belajar.
”Dalam konsep Merdeka Belajar, guru adalah sutradara yang bertugas untuk merencanakan dan mempersiapkan media pembelajaran, baik pembelajaran daring maupun luring. Bahkan, kini guru juga berperan sebagai kreator konten,” ujar Adhi Wibowo di depan para peserta webinar.
Sebagai seorang sutradara, maka guru bertanggung jawab dalam membuat pedoman penentuan media pembelajaran. Adapun yang harus diperhatikan dalam membuat dan menentukan media pembelajaran seorang guru ialah akses, media yang diperlukan tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.
”Akses juga menyangkut kebijakan, misalnya apakah peserta didik diizinkan untuk menggunakannya atau tidak (mostly presented before an audience),” jelasnya.
Kemudian, pertimbangan biaya (cost). Dia mencontohkan mahalnya media pembelajaran multimedia harus diperhitungkan dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
”Selanjutnya pertimbangan teknologi, yakni terkait ketersediaan suatu media dan kemudahan dalam mengoperasikannya. Novelty, atau media yang up to date biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi peserta didik. Penting juga pertimbangan organisasi, atau dukungan kepala sekolah dan lembaga serta tentang pengorganisasiannya,” urai Adhi Wibowo.
Media pembelajaran yang baik, lanjut Adhi, adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah. Adapun media pembelajaran yang berhasil adalah yang dapat mengubah perilaku peserta didik serta meningkatkan hasil belajar peserta didik.
”Keberhasilan penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari bagaimana media itu direncanakan dengan baik,” tandas Adhi Wibowo.
Berikutnya, Praktisi Pendidikan Yuni Wahyuning menyatakan, tujuan literasi digital ialah memudahkan mencari informasi secara cepat, memperluas jaringan, mempermudah proses komunikasi, berpikir lebih kritis dan inovatif dalam memecahkan masalah, dan meningkatkan wawasan dan skill di dunia digital.
Untuk meningkatkan literasi, baik guru maupun murid bisa mulai membiasakan membaca hal yang di sukai, mendengarkan informasi dengan cermat, menganalisa bacaan, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan (resume). Literasi juga bisa didapat dari kegiatan menonton sebiah film, maupun searching minat bacaan dari google untuk meningkatkan wawasan.
”Guru sebagai fasilitator dan motivator di era merdeka belajar, maka ia akan lebih banyak mendengarkan, tidak mendominasi, sabar, menghargai dan rendah hati, mau belajar, dan bersikap sederajat,” tutup Yuni Wahyuning.
Dipandu moderator entertainer Bobby Aulia, webinar kali ini juga menghadirkan Tomy Widiyatno (Pekerja & Pengembang Media Seni), Agus Maryanto (Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Nglipar Gunung Kidul), Ken Fahriza (Data Analyst) selaku key opinion leader.