Kemampuan memilah dan memilih informasi menjadi hal yang tak bisa dianggap sepele untuk bersikap bijak dan kritis di ruang digital, khususnya untuk menghadapi sebaran hoaks yang masih marak.
”Memilih artinya menentukan sesuatu yang dianggap sesuai. Sedangkan memilah artinya membagi, mengatur data dalam suatu susunan tertentu,” kata dosen Ilmu Budaya UNS Solo Muhammad Yunus Anies, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Cerdas dan Bijak Berinternet: Pilah Pilih Sebelum Sebar” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Jumat (19/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Anies mendorong pengguna internet untuk dapat merespons dan membagikan informasi, juga mempertimbangkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam bermedia sosial.
Fatwa MUI itu, lanjut Anies, khususnya untuk mengurangi kekerasan dan pertikaian di media sosial yang memuat hukum serta aturan bermedsos bagi umat muslim.
Beberapa hal yang tak boleh dilakukan adalah ber-ghibah, menyebar fitnah, adu domba, bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan. Umat muslim juga dilarang menyebarkan pornografi serta mempublikasikan konten pribadi.
Anies mengatakan, dalam bermedia digital pengguna internet juga perlu selalu berusaha mempertahankan kearifan lokal. Misalnya budaya sopan santun, karena kearifan lokal menjadi sumber peradaban dan kebudayaan.
”Pengguna internet juga perlu mengedepankan kepentingan publik, budaya gotong royong seperti yang menjadi ciri Pancasila. Penggunaan internet diarahkan bisa mengemas informasi publik dengan bahasa yang baik dan sesuai kaidah dengan tetap kreatif dan inovatif,” lanjut Anies.
Contohnya, mempromosikan produk menggunakan bahasa daerah dengan dilengkapi unsur budaya dan keadaban. ”Jadikan budaya daerah sebagai landasan komunikasi publik. Sebagai identitas dan bukti kecintaan kita pada bangsa dan negara Indonesia,” tambahnya.
Narasumber lain dalam webinar itu, dosen Unisnu Ahmad Zainuddin mengatakan, yang bisa dilakukan untuk membangun kebiasaan saling menghargai di ruang digital, salah satunya menguatkan toleransi antar pengguna. ”Menciptakan harmoni di ruang digital, menjunjung kebersamaan berdasarkan asas kebhinekaan global,” ujarnya.
Zainuddin mengatakan, perlunya memaknai hidup dengan menggunakan media yang sesuai dan mencari model figur menjadi panutan serta influencer yang positif. ”Agar sikap dan perilaku kita di ruang digital juga turut positif,” kata dia. Termasuk dengan cara mencermati data dan informasi, tidak langsung bereaksi, namun selalu cek dan ricek secara kritis.
Webinar yang dimoderatori Yade Hanifa itu juga menghadirkan narasumber dosen UIN Raden Mas Said Surakarta M. Zainal Anwar; entrepreneur Misbachul Munir, serta Julia RDGS sebagai key opinion leader.