Sabtu, April 27, 2024

Brazil berbaring di atas emas

Must read

Muncul dari tanah seperti rumput.

Menarik banyak orang seperti magnet.

Berkilau seperti emas.

Memang emas.

Bankir-bankir Inggris merayakan setiap penemuan baru seolah ladang emas itu milik mereka.

Memang milik mereka.

Lisbon, yang tak menghasilkan apapun, mengirimkan emas Brazil ke London sebagai tukaran pinjaman baru, pakaian mewah, dan semua kebutuhan hidup parasitis. 

Di jantung kemegahan emas itu terletak Ouro Preto, “Emas Hitam,” dinamai demikian karena warna hitam batu-batu yang mengandung emas, bak malam dengan matahari jauh di dalamnya, walaupun tempat itu tepat juga dinamai demikian karena tangan-tangan hitam yang menggali emas dari gunung-gaung dan tebing-tebing sungai. 

Tangan-tangan itu semakin lama semakin mahal harganya. Budak-budak, yang menjadi penghuni mayoritas wilayah tambang, hanya mereka yang bekerja.

Dan lebih mahal lagi adalah makanan. Tak ada yang menanam apapun. Pada tahun-tahun awal eforia penambangan, harga seekor kucing setara emas hasil galian dua hari. Daging angsa lebih murah, hanya setara hasil menambang sehari.

Setelah lebih dari seabad, harga makanan dan limbah pesta para pemiik tambang kaya, yang hidup berfoya-foya tanpa henti, tetap sangat tinggi. Tetapi mata air emas yang awalnya seolah tak akan pernah habis, mulai menyusut. Dan semakin lama semakin sulit untuk memeras pajak dari tambang untuk membiayai Pengadilan Portugis, yang kelelahan melayani para bankir Inggris. 

Pada tahun 1750, ketika raja Portugal meninggal, pundi-pundi kerajaan kosong. Mereka, para bankir Inggris, yang membiayai pemakamannya.

Eduardo Galeano

“Mirrors”

Penerjemah: Wardah Hafidz

Artikel sebelumnya
Artikel berikutnya
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article