Isu kesetaraan gender dan kelas sosial masih menjadi topik hangat di Tanah Air, termasuk dalam penggunaan media digital dan media sosial.
Diana Aletheia dari Kaizen Room dalam paparannya pada webinar literasi digital di Kabupaten Brebes, 16 Juni lalu menyampaikan bahwa secara umum penggunaan internet antara perempuan dan laki-laki cenderung tidak terlalu signifikan.
Bahkan dewasa ini, Diana menyampaikan, stereotip terhadap perempuan dalam penggunaan internet terkenal sebagai pihak yang gemar belanja secara langsung dibawa ke ranah daring. Dan kecenderungan berbelanja daring itu lebih banyak dilakukan karena untuk memenuhi keinginan, bukan kebutuhan.
Meski demikian, menurut Diana, perempuan lebih banyak menggunakan internet dan media sosial untuk berbisnis.
“Kalau online, gender laki-laki dan perempuan itu sudah tidak ketahuan. Apalagi jika dalam hal bisnis online. Biasanya perempuan lebih ramah dalam memberikan respons kepada customer. Berbeda dengan laki-laki yang cenderung memberi feedback secara singkat,” ujar Diana.
Sementara, narasumber lain, Siska Sasmita, menyampaikan bahwa di ranah digital penggunaan internet oleh perempuan lebih rendah ketimbang laki-laki.
Selain itu ketidakadilan gender dalam ruang digital juga lebih ditujukan kepada perempuan. Salah satunya dalam bias gender bahasa.
“Bias gender melalui bahasa, perempuan biasanya lebih banyak menjadi objek bukan subjek. Dalam hal ini, perempuan sebagai objek diartikan sebagai pihak yang menjadi sasaran pembicaraan.”
“Perempuan menjadi pihak pasif yang menerima segala yang dibicarakan atas dirinya. Sedangkan subjek atau pembicara itu adalah laki-laki dan berbicara dari sudut pandang laki-laki,” jelas Siska, dosen di Universitas Negeri Padang.
Selain itu, secara keseluruhan, pengguna ranah digital antara perempuan tidak terlalu signifikan. Dari 270 juta penduduk Indonesia, 338 juta penduduk memiliki kepemilikan koneksi pada perangkat digital. Selain itu terdapat 175 juta pengguna internet dan 176 juta merupakan pengguna aktif media sosial.
Untuk diketahui, webinar literasi digital nasional ini merupakan program dari Presiden Joko Widodo yang diluncurkan sejak 20 Mei 2021 dalam rangka mendukung percepatan transformasi digital agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet dan kemajuan bangsa.
Literasi digital tersebut berpegang pada empat pilar utama; budaya bermedia digital (digital culture), aman bermedia (digital safety), etis bermedia digital (digital ethic), dan cakap bermedia digital (digital skills).
Dalam webinar untuk masyarakat Brebes hari ini, selain Diana dan Siska, juga tampil dua narasumber lain, M. Thoboroni dari Universitas Borneo, dan Saeroni, Kepala Pusat Studi UNU Yogyakarta.