Kementerian Kominfo bersama Debindo menggelar acara webinar literasi digital dengan topik ”Tantangan Pembelajaran Melalui Pendidikan Online” untuk warga masyarakat Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta, Kamis (17/6/2021).
Dimulai pukul 13.00 WIB, webinar yang dipandu professional public speaker Nindy Gita ini menghadirkan narasumber utama Zainuddin Muda Z. Monggilo (dosen Ilmu Komunikasi UGM/Japelidi), Andika Renda Pribadi (Kaizen Room), Novi Widyaningrum (peneliti Center for Population), Imam Wicaksono (CEO Sempulur Craft) dan Oka Fahreza (presenter Jogja TV) sebagai key opinion leader.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Literasi Digital Nasional: Indonesia Makin Cakap Digital yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu. Setiap narasumber webinar menyampaikan materi dari sudut pandang empat pilar utama literasi digital, yakni budaya bermedia digital (digital culture), aman bermedia digital (digital safety), etis bermedia digital (digital ethics), dan cakap bermedia digital (digital skills).
Novi Widyaningrum, Peneliti Center for Population menjelaskan, mengapa di era digital orang perlu memiliki etika. Sebab komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan batas-batas budaya. “Setiap batasan geografis dan budaya juga memiliki batasan etika yang berbeda, baik dari aspek negara, daerah, dan generasi,” ujarnya.
Novi memaparkan pergerakan interaksi di ruang digital sangat padat traffic-nya. Merujuk satu survei lembaga, Novi mengatakan, dalam 60 detik saja ada 2,4 juta orang mencari di Google, lebih dari 69 ribu jam ditonton di Netflix, lebih dari 38 ribu jam diputar di Spotify, 1,4 juta video pendek diunggah di Vine, lebih dari 38 ribu foto diunggah di Instagram, lebih dari 347 ribu cuitan muncul di twitter.
Lebih lanjut, sebanyak USD 203 dalam penjualan di Amazon, lebih dari 700 ribu orang login di Facebook, sebanyak 2,78 juta dilihat di Youtube, lebih dari 20 juta pesan terkirim di WhatsApp, 150 juta email dikirim, 1.389 orang memesan Uber, 528 ribu foto dibagikan di Snap Chat, 51 ribu aplikasi diunduh di Apple Store.
Dengan lalu lintas yang teramat padat itu, etika menjadi mutlak dalam dunia digital. “Tidak adanya etika akan menimbulkan banyak dampak buruk, khususnya cyber bullying,” ujarnya. Akses medsos yang tinggi meningkatkan tingginya cyber bullying di kalangan siswa dan tak sedikit pelajar yang jadi korban cyber bullying berfantasi melakukan kekerasan.
Jenis perundungan di internet cukup banyak. Mulai dari bullying relational (pengucilan seseorang dari komunitas), cyber bullying (tindakan menyakiti seseorang dengan sarana media elektronik), bullying fisik (berupa menendang, pukulan), dan bullying verbal (celaan, fitnah kepada orang lain).
Novi menyebut ada delapan etika bermedia sosial yang perlu dipahami. Pertama, hati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi; kedua, gunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapa pun di media sosial; ketiga, hati-hati terhadap akun yang tidak dikenal; keempat, pastikan akun di unggahan media sosial tidak mengandung SARA.
Kelima, manfaatkan media sosial untuk membangun jaringan atau relasi; keenam, pastikan mencantumkan sumber konten yang diunggah; ketujuh, jangan mengunggah apa pun yang belum jelas sumbernya; dan kedelapan, manfaatkan media sosial untuk menunjang proses pengembangan diri.
Imam Wicaksono, CEO Sempulur Craft, ikut urun rembug. Kata dia, salah satu hal yang ikut mempengaruhi etika tidak lain adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. “Bahasa terdiri dari dua macam bentuk, lisan dan tertulis. Setiap bentuk tentu berbeda peruntukkannya,” kata dia.
Di Kabupaten Kulon Progo, selama periode Mei hingga Desember 2021 Kementerian Kominfo akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.