m
enteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir tertarik pada penanaman chip di tubuh manusia (chip implan) yang dapat dipakai untuk hal seperti memantau kesehatan, identifikasi personal, dan memonitor lokasi. Hal tersebut pernah diungkapkan dalam World Post Graduate Expo 2018 di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
“Ini adalah satu inovasi yang dihasilkan di Korea Selatan. Saya bertanya ke penelitinya tentang kemungkinan microchip untuk data personal, dan ternyata sangat mungkin. Saya berpikir ini bisa dipakai untuk meninggalkan e-KTP,” ungkap Nasir.
Ia menjelaskan keuntungan microchip yang dipasang pada tubuh manusia memiliki keuntungan di berbagai bidang, seperti kedokteran. “Dengan microchip di tubuh manusia, dokter bisa lebih efisien dan cepat mendiagnosis, tidak perlu ikut tes-tes lab,” jelasnya.
Dalam hal monitoring pun, microchip bisa dipakai untuk melacak dan mengenali orang. “Kalau kita kombinasikan dengan big data, lewat microchip itu bahkan bisa memberi infornasi ke nana istri pergi, bahkan istrinya bisa tahu kalau suami menikah lagi,” candanya.
Ia turut menyebut negara yang kuat bukan penduduknya besar, bukan yang kaya, tapi yang bisa berinovasi. Nasir pun berharap kepada para anak muda, terutama yang sedang belajar di luar negeri, dapat mencapai inovasi tersebut.
Nasir juga membahas adanya cyber institute yang terdiri dari universitas-universitas terkenal di Indonesia. Kementeriannya sendiri sudah melakukan inovasi melalui Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) yang memungkinkan e-learning bagi mahasiswa agar bisa mengambil mata kuliah di universitas lain, dan tetap mendapatkan nilai dan SKS.