Selasa, Mei 7, 2024

Pendidikan karakter di era digital, peluang dan tantangan

Must read

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK) pada 2017, dan mengidentifikasi lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas.

”Kelima nilai utama karakter prioritas PPK itu yakni: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas,” ujar dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Monika Sri Yuliarti pada webinar literasi digital bertema ”Peluang dan Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (21/7/2021).

Pertama, kata Monika, religius berarti mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kedua nasionalis, bermakna menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas diri dan kelompoknya. Ketiga mandiri, artinya tidak bergantung pada orang lain

Dan mempergunakan tenaga, pikiran, waktu, untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.

Adapun yang keempat gotong-royong, mencerminkan tindakan

Menghargai semangat kerjasama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama. Dan yang terakhir integritas, upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Terkait peluang pendidikan karakter di era digital, Monika optimis lantaran keterhubungan kini bisa dilakukan tanpa khawatir masalah

Geografi. Selain itu, model pembelajaran karakter bisa dilakukan dengan bervariasi, dan waktu yang lebih fleksibel.

”Tantangannya ialah: tingkat literasi digital masih rendah, keinginan belajar masih rendah, hoaks yang semakin banyak,” tegas Monika.

Berikutnya, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nikmah Nurbaity

bicara soal fenomena maraknya bermedia digital yang ditandai dengan

orang bisa “bicara semaunya” dan ”bertindak semaunya” di dunia maya.

Media sosial, lanjut Nikmah Nurbaity, penuh dengan komentar kasar, caci maki, menyudutkan, bahkan menyinggung SARA, spontanitas begitu saja tanpa pikir panjang.

”Bermedia sangat bebas, tanpa sekat, nyaris tanpa kontrol, dan serba permisif. Perilaku kurang sopan di dunia maya ini menarik perhatian kita semua, mengapa kebebasan ini bisa menggeser etiket?” tanya Nikmah.

Agar Etiket bermedia digital tak tergeser, Nikmah memberikan jurus-jurus etiket kala chatting, posting, maupun berkomentar. Jurus itu meliputi, bertutur dengan bahasa baik dan sopan, hindari persoalan sensitif (SARA), santun dan saling hormat-menghormati, tidak kasar, fitnah, arogan, porno, serta postinglah hal positif.

”Sedangkan menulis email hendaknya dengan ejaan benar dan kalimat sopan, jangan gunakan huruf kapital semua, biasakan menuliskan subyek email, menggunakan cc kalau diperlukan, tidak mengirim email promosi yang tidak berhubungan dengan yang dituju, menghargai hak orang lain, menghargai privasi orang lain, jangan memberikan data diri lengkap kalau tidak perlu, dan jangan menggunakan kata-kata jorok dan vulgar,” jelas orang asli Butuh, Purworejo itu.

Diskusi virtual yang dipandu oderator Rara Tanjung itu, juga menghadirkan Selfi Budi Helpiastuti (Dosen Fisip Universitas Jember), Setyo Mulyaningsih (Kepala Sekolah SMAN 10 Purworejo), dan The Voice Indonesia 20216 Maria Stella selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article