Rabu, Mei 22, 2024

CEO Komunal, sosok muda, Under 40 Fortune Indonesia

Must read

Pengalaman Hendry dalam best practice risk management, didukung keahlian keuangan dan investasi dengan sertifikasi Chartered Financial Analyst (CFA) dari CFA Institute, membuatnya termotivasi untuk berkontribusi meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Menurutnya, inklusi keuangan di Indonesia merupakan sesuatu yang kompleks. Selain tantangan faktor teknologi, tantangan lainnya adalah ketersediaan data dan faktor budaya dan literasi finansial.

Itu sebabnya, Hendry berharap Komunal sebagai perusahaan Fintech dapat memberikan manfaat positif bagi UMKM di kota-kota kota tier 2 dan tier 3 yang acapkali kemajuannya terhambat keterbatasan modal. Komunal telah menggandeng lebih dari 370 BPR untuk bekerja sama dalam rangka memajukan dan mengembangkan UMKM di Indonesia.

Hendry memiliki harapan agar ke depan Komunal menjadi wadah bagi setiap individu bertalenta, untuk dapat berkembang dan berkontribusi bersama meningkatkan inklusi finansial, terutama di kota-kota  tier 2 dan tier 3 di Indonesia.

Dengan pengalaman, prestasi, keberlanjutan karier, dan kontribusi yang diupayakannya bagi masyarakat untuk ikut meningkatkan inklusi keuangan, Hendry Lieviant masuk di jajaran 40 Under 40 Fortune Indonesia bersama dengan sejumlah tokoh muda lainnya seperti Menpora Dito Ariotedjo, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, maupun Cinta Laura Kiehl yang merupakan aktris, pengusaha, sekaligus aktivis sosial.

Sekilas tentang Komunal   

Komunal didirikan dengan visi untuk memecahkan masalah yang sangat krusial yaitu inklusi keuangan. Berdasarkan data OJK terdapat financing gap sebesar USD 166 miliar di Indonesia. Dari total gap tersebut, sebagian besar berasal dari segmen UMKM dimana segmen ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

Para pelaku UMKM menghadapi kesulitan untuk mengakses sumber pendanaan dikarenakan sebagian besar dari mereka tidak memiliki jaminan yang cukup. Sedangkan di sisi industri perbankan mereka memiliki likuiditas yang sangat besar. 

Setelah beroperasi 1 tahun sebagai perusahaan fintech lending dengan entitas KomunalP2P, kami menyadari bahwa menjalankan inklusi keuangan dengan pendekatan digital terutama di sektor UMKM produktif tidaklah cukup. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya keterbatasan data, beragamnya industi dan perbedaan budaya yang masih sangat kental di berbagai daerah di Indonesia.

Karena itu kami kemudian berinisiasi untuk mengubah arah bisnis menjadi neo rural bank dimana kami bermitra dengan berbagai BPR yang jika dijumlahkan memiliki kurang lebih 6000 cabang di seluruh Indonesia. Kami kemudian menyatukan teknologi yang terbaik dengan kehadiran fisik yang kuat di daerah. 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article