Sabtu, Mei 18, 2024

Jurus mencegah kecanduan digital pada anak

Must read

Transformasi digital ditandai dengan penggunaan teknologi digital untuk mengubah proses bisnis yang sudah ada. Selain itu, ia juga menciptakan bisnis baru untuk memberikan nilai (value) bagi para konsumen atau penggunanya, sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih efisien dan efektif.

Hal tersebut dikatakan oleh Pegiat Kewirausahaan Sosial Yuni Mustani saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital dengan tema ”Mencegah Kecanduan Gadget di Tengah Pembelajaran di Era Digital”, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (03/11/2021).

Menurut Yuni, transformasi digital juga mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat. ”Transformasi digital menciptakan budaya digital,” jelasnya. Salah satunya terkait sektor pendidikan, yang ditandai dengan terciptanya pembelajaran daring atau online learning.

Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi ini mempunyai keunggulan seperti belajar tanpa batas, jarak dan waktu. Selain itu, belajar bisa dilakukan sepanjang usia, belajar menjadi lebih efisien, dan hasrat belajar teknologi meningkat.

Namun, Yuni mengingatkan, penggunaan teknologi digital pun bisa berdampak negatif. Salah satunya, mengalami kecanduan. Menurut aktivis Keluarga Alumni Fisipol UGM ini, orang yang mengalami kecanduan internet bisa dideteksi antara lain dengan ciri setiap kali bangun tidur langsung membuka gadgetnya.

”Ciri kecanduan lainnya: waktu adalah gadget. Tiada hari tanpa menggunakan gadget. Kemudian, perasaan cemas yang luar biasa jika baterai smartphone sudah sangat rendah atau bahkan mati,” ujarnya.

Selain itu, ia selalu ingin mengecek gadget. Selalu menggenggam gadget ketika melakukan aktivitas apa pun, entah itu sedang makan, berjalan, bahkan saat ke toilet.

Menurut Yuni, untuk mengatasi kecanduan digital ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Semisal dengan menerapkan jadwal pemakaian gawai. Lalu, menerapkan jadwal pemakaian gawai kepada anak dan memonitor aktivitas digitalnya.

Kata Yuni, orangtua harus mengerti media sosial dan situs yang digunakan anak. ”Orangtua juga harus tahu aplikasi edukasi untuk anak. Lantas, dampingi anak saat berselancar di internet dan gunakan perangkat secara bersama,” imbuhnya.

Untuk menghindari anak kecanduan gadget, Yuni menyarankan untuk mengembalikan gadget ke fungsi awal, yakni untuk menelepon. Kemudian menempatkan perangkat pada tempat yang terlihat, serta menerapkannya untuk bersama, seperti TV untuk bersama, laptop maupun PC juga untuk bersama.

”Lalu, batasi belanja kuota internet. Kenalkan atau tingkatkan kegiatan outdoor seperti berkesenian atau olahraga, dan bantu anak memahami kehidupan nyata, juga tentang masa depan. Itu penting,” tegas Yuni Mustani.

Sementara itu, narasumber lainnya, Direktur Lembaga Survei IDEA Institute Indonesia, Jafar Ahmad, lebih mengutarakan perihal berbagai dampak dari media sosial.

Di antaranya, berperan dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku publik, mempengaruhi pengambilan keputusan institusi atau kelompok masyarakat. ”Media sosial juga bisa membentuk opini publik dan menyebabkan fakta bercampur dengan kebohongan,” kata Jafar.

Dipandu moderator Neshia Sylvia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Untoro (Guru Pendidikan Agama Islam)), Kunti Mufillah Al Abadiyah (Pengawas Madya Kanwil Kemenang Jawa Tengah), dan Professional Public Speaker, Nindy Gita, selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article